[Supervisi Ahli] Berbeda dengan Dialek Kyoto? Daftar Ciri Khas dan Contoh Kalimat Kyo-kotoba, seperti "ookini" dan "hannari"

Di Kyoto, orang-orang berbicara dengan dialek unik yang telah digunakan sejak zaman dahulu, yang dikenal sebagai Kyokotoba (bahasa Kyoto). Selain perbedaan dalam ekspresi, intonasinya juga khas, memberikan kesan anggun dan elegan, bukan begitu?

Dalam artikel ini, kami akan memperkenalkan berbagai informasi bermanfaat mengenai Kyokotoba, termasuk karakteristik dasarnya, ekspresi salam penting yang perlu kamu ketahui, serta frasa-frasa yang berguna saat berwisata.

Sebagian hasil penjualan atau reservasi produk yang diperkenalkan dalam artikel ini mungkin akan dialokasikan kepada FUN! JAPAN.

😄Nikmati perjalanan Jepang yang lebih nyaman dengan NAVITIME eSIM!👉Klik di sini

🚅Pesan tiket Shinkansen di NAVITIME Travel!👉Klik di sini

Apa Itu Dialek "Kyokotoba"?

Kyokotoba adalah dialek yang digunakan di wilayah Kyoto. Dari periode Heian hingga Restorasi Meiji, Kyoto adalah "ibu kota Jepang" untuk waktu yang sangat lama. Meskipun sekarang diperlakukan sebagai dialek, pada masa itu, Kyokotoba adalah "bahasa standar."

Selain itu, Kyokotoba berbeda dari "Kyotoben" yang secara umum dikenal sebagai dialek. Kyokotoba adalah bahasa yang digunakan sehari-hari oleh orang-orang yang telah lama tinggal di Kyoto. Kamu bisa merasakan kehangatan, kesantunan, dan perhatian yang terkandung dalam kata-kata tersebut, karena bahasa ini sangat berakar pada sejarah dan budaya Kyoto.

Namun, seperti dialek lainnya, fakta bahwa ada beberapa kata Kyokotoba yang menghilang dan tidak lagi digunakan karena perubahan struktur sosial dan gaya hidup. Contohnya termasuk kata-kata seperti "shobinna" yang berarti "miskin/kurus," "nangina" yang berarti "kesulitan," dan "kenarii" yang berarti "iri."

Ternyata Ada Dua Jenis Kyokotoba

Sebenarnya, ada dua jenis Kyokotoba: "Gosho Kotoba", yang digunakan oleh para dayang yang melayani keluarga kekaisaran dan bangsawan istana, serta "Machikata Kotoba", yang digunakan sehari-hari di kota.

Selain itu, dalam "Machikata Kotoba" sendiri terdapat sub-dialek seperti "Shokunin Kotoba" di Nishijin, yang terkenal dengan kain tenun Nishijin-ori; "Hanamachi Kotoba" di Gion; dan "Muromachi Shonin Kotoba" di distrik pedagang Muromachi.

Kyokotoba yang Sering Digunakan

Saat kamu berkeliling Kyoto, kamu mungkin akan sering mendengar "okini" , yang berarti "terima kasih." Kata ini konon berasal dari frasa "okini arigatashi" .

Selain itu, ketika kamu masuk ke toko suvenir atau toko lain, kamu akan mendengar "oideyasu" atau "okoshiyasu". Keduanya berarti "selamat datang."

Karakteristik "Kyokotoba": Perbandingan Mendalam dengan Bahasa Standar!

Kyokotoba memiliki karakteristik unik dalam intonasi, akhiran kata, dan ekspresinya.

Karakteristik 1: Menyampaikan Secara Tidak Langsung! Ekspresi Eufemistik

Salah satu ciri khasnya adalah menyampaikan hal yang ingin dikatakan secara tidak langsung, seolah dibungkus dengan oblaat (kertas tipis transparan yang bisa dimakan). Misalnya, ketika ingin menyampaikan "Saya pikir itu bagus," dalam Kyokotoba diungkapkan sebagai "sore ga ee no to chigaimasu yaro ka" (bukankah itu bagus?).

Selain itu, frasa seperti "omoshiroi hito dosu na" (orang yang menarik, ya) secara implisit berarti "orang aneh," dan "suki ni shahattara yoroshii yan" (silakan lakukan sesukamu, kan) secara tersirat berarti "jangan libatkan saya."

Karakteristik 2: Ungkapan Unik Seperti Pengulangan Adjektiva, Vokal Panjang, dan Perubahan Bunyi Vokal U 

Ciri khas lain dari Kyokotoba adalah penggunaan 畳語 (jōgo), di mana kata sifat diulang untuk penekanan. Misalnya, "tinggi" (takai) menjadi "takai takai," dan "panas" (atsui) menjadi "atsui atsui."

Selain itu, Kyokotoba juga memiliki 長音語 (chōongo), yaitu memperpanjang bunyi vokal. Contohnya, "nyamuk" (ka) menjadi "," "pohon" (ki) menjadi "kī," dan "rambut" (ke) menjadi "."

Ada juga ekspresi seperti ウ音便 (uombin), di mana bunyi di tengah atau akhir kata berubah menjadi bunyi "u." Misalnya, "bulat" (marui) menjadi "maruu," dan "pedas" (karai) menjadi "karō."

Karakteristik 3: Perbedaan Ungkapan

Beberapa kata dalam Kyokotoba bisa langsung diganti dengan kata dalam bahasa standar, tapi ada juga ekspresi yang unik dan tidak ditemukan dalam bahasa standar. Misalnya, "okini" (おおきに) berarti "terima kasih," "ikezu" (いけず) berarti "jahat" atau "berniat buruk," dan "hokasu" (ほかす) berarti "membuang." Ini adalah beberapa contoh ungkapan yang sama sekali berbeda dari bahasa standar. Selain itu, bentuk perintah "lakukan" (shinasai) menjadi "shiyoshi" (しよし) dalam Kyokotoba.

Karakteristik 4: Perbedaan Intonasi

Intonasi Kyokotoba sangat khas. Misalnya, pada kata "terima kasih" (arigato). Dalam bahasa standar, aksennya jatuh pada suku kata "ri," tapi dalam Kyokotoba, penekanannya lebih kuat pada suku kata "." Secara keseluruhan, intonasinya memiliki nada yang lembut dan berirama, sehingga saat mendengarnya, kamu akan mendapatkan kesan yang lambat, anggun, dan tenang.

Karakteristik 5: Perbedaan Akhiran Kata

Saat berbicara dalam bahasa hormat (keigo), akhiran kata dalam Kyokotoba juga memiliki ciri khas. Dalam bahasa standar, untuk menunjukkan tindakan seseorang dalam bentuk hormat, kita menambahkan "sareru" (される) pada kata kerja. Namun, dalam Kyokotoba, mereka menggunakan "shiharu" (しはる) alih-alih "sareru."

Selain itu, menambahkan "yasu" (やす) atau "okureyasu" (おくれやす) juga umum. Misalnya, "sōji shite okureyasu" (掃除しておくれやす) berarti "tolong bersihkan." Bukankah ini memberikan kesan yang lebih lembut daripada bahasa standar?

Lebih lanjut, ketika "~hen" (~へん) ditambahkan setelah kata kerja, seperti dalam "ikahen" (行かへん / dengan nada turun), ini berarti "tidak pergi." Namun, jika diucapkan dengan nada naik, "ikahen?" (行かへん?), itu menjadi bentuk pertanyaan yang berarti "maukah kamu pergi?"

Karakteristik 6: Satu Kata dengan Berbagai Makna

Salah satu ciri khas Kyokotoba adalah adanya kata-kata yang memiliki berbagai makna. Misalnya, kata-kata berikut ini memiliki 4 hingga 5 arti:

"erai" (えらい)

  1. Sulit, sangat, parah
  2. Luar biasa
  3. Hebat, terhormat
  4. Lelah, sulit, menderita

"sendo" (せんど)

  1. Banyak
  2. Cukup
  3. Setiap kali
  4. Waktu yang lama

"akan" (あかん)

  1. Tidak boleh
  2. Kurang efektif
  3. Tidak berguna
  4. Lemah
  5. Tidak terbuka (misalnya, pintu)

Karakteristik 7: Kyokotoba yang Indah dan Anggun

Orang-orang Kyoto berusaha untuk menghindari penggunaan kata-kata yang kasar dan mengutamakan penggunaan bahasa yang sopan serta elegan. Contohnya, bentuk perintah "Tunggu!" (mattete!) yang berarti "aku ingin kamu menunggu," jika ditambahkan akhiran "ya" menjadi "matteteya", akan memberikan kesan yang jauh lebih lembut.

18 "Kyokotoba" yang Ingin Kamu Gunakan: Dari "Okini" hingga "Hannari"!

京都

Di sini, kami akan memperkenalkan 18 Kyokotoba praktis yang mungkin ingin kamu gunakan selama berada di Kyoto.

6 Frasa Sapaan dan Percakapan Dasar

おはようおかえり


1. おはようおかえり (ohayokaeri) / Arti: Hati-hati di jalan (selamat jalan)

Saat mengantar anak-anak yang berangkat sekolah, orang tua biasanya mengatakan "行ってらっしゃい" (itterasshai) dalam bahasa standar. Namun, di Kyoto, mereka akan berkata "おはようおかえり(Ohayouokaeri)." Kata "おはよう" (ohayou) di sini bermakna "cepat," jadi frasa ini mengandung arti "semoga kamu cepat pulang dengan aman dan damai." Untuk orang yang berangkat kerja, mereka akan menggunakan bentuk yang lebih sopan dengan menambahkan "やす" (yasu), menjadi "おはようおかえりやす" (ohayookaeriyasu).

2. おたのもうします (otanomoshimasu) / Arti: Tolong

"おたのもうします" (otanomoshimasu) berarti "tolong." Kata "頼む" (tanomu) berasal dari tindakan menyatukan tangan seperti berdoa. Ini digunakan dalam kalimat seperti "korekaramo otanomoshimasu" (mohon bantuannya juga di masa depan). Bahkan hingga kini, frasa ini masih sering digunakan sehari-hari oleh maiko dan geiko di hanamachi (distrik geisha).

3. めっそうな (messona) / Arti: Sama-sama; Tidak juga

Ini berarti "sama-sama" atau "tidak juga/bukan apa-apa." Contoh penggunaannya, jika kamu dipuji "Wah, kamu jago belajar ya. Aku iri deh," kamu bisa membalas dengan "めっそうな."(messona)

4. すんまへん (summahen) / Arti: Maaf; Terima kasih

Ini digunakan seperti "すみません" (sumimasen) dalam bahasa standar. Contohnya, "itsumo osewaninari summahen" (maaf sudah selalu merepotkanmu/terima kasih atas bantuannya), atau "osakini shitsureishite summahen" (maaf saya duluan). Karena berasal dari arti "hati yang tidak tenang," frasa ini digunakan tidak hanya untuk meminta maaf, tetapi juga untuk mengungkapkan rasa terima kasih.

5. かんがえときます (kangaetokimasu) / Arti: Saya tidak jadi/Saya tidak akan melakukannya

Dalam bahasa standar, ini berarti "saya akan memikirkannya." Namun, dalam Kyokotoba, ini berarti "saya tidak jadi" atau "saya tidak akan melakukannya." Ini adalah cara tidak langsung untuk menyampaikan bahwa mereka akan "memikirkannya" yang berarti "tidak jadi/tidak akan melakukannya," menghindari penyampaian yang terlalu langsung.

6. はんなり (hannari) / Arti: Anggun dan Ceria

Di luar area Kansai, ketika mendengar kata "はんなり," orang cenderung membayangkan kesan "anggun dan santai." Namun, dalam Kyokotoba, ini bermakna "memiliki keanggunan, cerah, dan ceria." Frasa ini sering digunakan untuk menggambarkan pakaian atau penampilan.

6 Frasa Berguna di Toko dan Tempat Wisata

おいでやす


1. おいでやす (oideyasu) / Arti: Selamat datang

Ini adalah kata yang akan kamu dengar saat memasuki toko suvenir di Kyoto, berarti "selamat datang." Untuk ekspresi yang lebih sopan, ada "okoshiyasu (おこしやす)." Selain itu, ada juga ungkapan seperti "oideyashitokureyasu (おいでやしとくれやす)" dan "yokoso okoshiyashitokureyashita (ようこそおこしやしとくれやした)."

Mirip dengan "oideyasu," banyak ungkapan hormat dalam Kyokotoba yang menggunakan prefiks "お (o)" dan sufiks "やす (yasu)," seperti "お読みやす (oyomiyasu)" (silakan baca) atau "お書きやす (okakiyasu)" (silakan tulis).

2. おこしやす (okoshiyasu) / Arti: Selamat datang (lebih sopan)

Ini adalah ekspresi yang lebih sopan dari "oideyasu." "Okoshiyasu" adalah singkatan dari "ようお越しやした (yō okoshiyashita)," menjadikannya bentuk "selamat datang" yang lebih formal. Kata ini digunakan untuk tamu yang telah melakukan reservasi atau seseorang yang sangat dinantikan kedatangannya, menunjukkan rasa selamat datang yang lebih besar.

3. おおきに (okini) / Arti: Terima kasih

"Okini" menunjukkan rasa terima kasih. Awalnya, frasa lengkapnya adalah "おおきにありがとう (ookini arigatō)" yang berarti "terima kasih banyak." Namun, "arigatō" kemudian disingkat, sehingga "ookini" saja sudah berarti "terima kasih."

4. うつる (utsuru) / Arti: Cocok, serasi

Jika seorang staf toko pakaian mengatakan, "その洋服の柄はよううつってますな (sono yōfuku no gara wa yō utsuttemasu na)," itu berarti "pola pakaian itu sangat cocok untukmu." "Utsuru" berasal dari makna "gambar suatu benda tercermin sepenuhnya pada benda lain" atau "terlihat di mata," sehingga berkembang menjadi arti "sangat cocok."

5. ごめんやす (gomenyasu) / Arti: Permisi, Halo

Ini adalah sapaan sederhana yang berarti "permisi sebentar." Misalnya, kamu bisa menggunakannya seperti "ごめんやす、奥さんいらっしゃいますか (gomenyasu, okusan irasshaimasu ka)" (permisi, apakah nyonya ada?). Kata ini juga digunakan saat masuk atau keluar rumah/toko, atau saat melintas di depan orang lain. Ini adalah ekspresi yang lebih sopan dari "すんまへん (sunmahen)."

6. よろしゅうおあがり (yoroshū oagari) / Arti: Terima kasih telah menikmati hidangannya

Ini adalah balasan yang diucapkan setelah seseorang mengucapkan "ごちそうさま (gochisōsama)" (terima kasih atas makanannya). Maknanya adalah "terima kasih telah menikmati hidangannya."

5 Frasa untuk Mengekspresikan Emosi dan Situasi

かんにんえ


1. かんにんえ (kannine) / Arti: Maafkan aku; Tolong maafkan aku

Frasa ini berarti "maafkan aku" atau "tolong maafkan saya." Kadang-kadang juga digunakan tanpa partikel "え" (e), seperti dalam "erai osō natte shimōte, kannin, kannin" (Maaf jadi terlambat sekali, maafkan aku, maafkan aku).

2. おきばりやす (okibariyasu) / Arti: Berjuanglah; Semoga berhasil

Contohnya, "yō benkyō shiharimasu na, okibariyasu" berarti "Kamu belajar dengan baik, ya. Semoga berhasil!" Kata ini berasal dari "気張る" (kibaru), yang berarti "menahan napas dan berusaha keras." Sama seperti "oideyasu" dan "okoshiyasu," ini adalah ekspresi hormat yang dibentuk dengan menambahkan "お (o)" dan "やす (yasu)."

3. うれこい (urekoi) / Arti: Senang

Frasa ini digunakan seperti dalam kalimat, "Ashita wa tanjōbi. Urekoi na." (Besok ulang tahunku. Senang sekali!). Akhiran "~こい" (~koi) juga digunakan pada kata sifat lain seperti "ひやこい" (hiyakoi / dingin), "まるこい" (marukoi / bulat), dan "こまこい" (komakoi / kecil/detail).

4. ようすする (yōsusuuru) / Arti: Berlagak; Sok

Digunakan seperti dalam kalimat, "Ano hito wa otoko no hito no mae de wa, yō sūru no ya~" (Dia itu berlagak banget di depan laki-laki, ya~). Kata "様子" (yōsu) di sini mengacu pada "penampilan atau tingkah laku seseorang," sehingga kalimat ini berarti "Dia itu suka berlagak di depan laki-laki."

5. へたばる (hetabaru) / Arti: Kelelahan dan ambruk; Duduk karena lelah

Digunakan seperti dalam kalimat, "Yamanobori no tochū de hetabatte shimatta wa" (Aku ambruk karena kelelahan di tengah pendakian gunung). Kata "へた" (heta) berarti "datar" dan "ばる" (baru) berarti "membentang." Frasa ini juga bisa digunakan sebagai "へたる" (hetaru) atau "へちゃばる" (hechabaru). Selain itu, frasa ini juga digunakan ketika seseorang merasa "lemas karena sakit flu."

Makna Tersembunyi di Balik "Bubuzuke Demo Dōdosu?" dan Budaya Kyoto

ぶぶ漬け

Saat ini, sering dikatakan bahwa frasa "Bubuzuke demo dōdosu?" (ぶぶ漬けでもどうどす? — "Apakah kamu mau bubuzuke [nasi yang disiram teh]?") berarti "Saya ingin kamu segera pulang," terutama jika kamu berlama-lama. Namun, sebenarnya, bukan itu makna aslinya.

Di Kyoto, adalah suatu kehormatan untuk menyiapkan hidangan yang layak saat mengundang seseorang ke rumah. Oleh karena itu, agar tidak bersikap tidak sopan jika persiapan belum matang, dengan mengatakan "Apakah kamu mau bubuzuke (nasi yang disiram teh)?" itu adalah cara tidak langsung untuk menyampaikan permintaan maaf, yang berarti "Saya belum siap. Saya tidak bisa memberikan keramah-tamahan yang memadai."

Sebagai balasannya, tamu yang diundang pun memahami maksud tuan rumah dan berkata, "Kalau begitu lain kali saja," lalu pulang. Ini adalah pertukaran yang penuh perhatian dan pertimbangan timbal balik, di mana kedua belah pihak saling peduli.

"Yoroshii" Berarti "Tidak Masalah"?! 

Dalam Kyokotoba, ada beberapa kata yang mengharuskan kamu memahami makna di baliknya, bukan hanya arti literalnya. Contohnya adalah "yoroshii" (よろしい). Dalam bahasa standar, itu berarti "baik" atau "oke." Namun, dalam Kyokotoba, ia juga dapat berarti "doudemo yoroshii" (どうでもよろしい), yang berarti "tidak masalah" atau "bagaimana pun juga tidak apa-apa." Ini digunakan untuk menyampaikan bahwa sesuatu "tidak penting" atau "tidak perlu dipusingkan."

Selain itu, kata "okini" (おおきに), yang berarti "terima kasih," juga bisa mengandung arti penolakan atau "tidak" terhadap ajakan atau tawaran. "Okini" dapat digunakan sebagai cara menolak dengan sopan yang peduli terhadap perasaan lawan bicara, seperti "Terima kasih sudah mengajak saya, tapi tidak usah."

Hati-hati dengan "Eufemisme" Lainnya!

Misalnya, dalam percakapan seperti "Bagaimana kabar kesehatanmu?" dan dijawab "bochibochi desu wa" (ぼちぼちですわ), frasa ini mengandung makna "Saya tidak ingin menjawab secara spesifik apakah saya sehat atau tidak."

Contoh lain, ketika kamu dikatakan "omoshiroi hito dosu na" (面白い人どすな), ini bukan pujian "Orang yang menarik, ya," melainkan lebih bermakna "Orang yang aneh, ya."

Terakhir, jika seseorang berkata "suki ni shahattara yoroshii yan" (好きにしゃはったらよろしいやん), ini bukan berarti "Lakukan sesukamu," melainkan lebih mengandung arti, "Saya tidak tahu jika ditanya begitu, jangan libatkan saya."

Makna Sejati "Ichigensan Okotowari" dan Hubungan dengan Budaya Keramahtamahan Kyoto

Frasa "Ichigensan Okotowari" (一見さんお断り) secara harfiah berarti "melarang pelanggan baru" atau "menolak pengunjung pertama kali." Ini menyiratkan bahwa seseorang yang tidak dikenal tidak diizinkan masuk, dan hanya mereka yang sudah sering berkunjung atau diperkenalkan oleh pelanggan tetap yang sudah ada yang bisa masuk.

Mendengar hal ini, banyak orang mungkin merasa bahwa ini adalah praktik yang "tertutup." Namun, sebenarnya, ada pemikiran mendalam dari pihak toko di baliknya: "Jika kami tidak mengetahui apa yang disukai atau tidak disukai pengunjung, kami tidak bisa memberikan keramahtamahan yang tulus."

Terkadang, mereka bahkan akan bertanya kepada orang yang memperkenalkan tentang makanan favorit atau minat dari "ichigensan" yang akan datang. Mereka tidak hanya menyesuaikan hidangan yang disajikan, tetapi juga mungkin memilih ulang wadah, kakejiku (lukisan gulir), dan perabotan lainnya agar sesuai dengan selera pengunjung.

Di balik kata "Ichigensan Okotowari" terdapat keinginan tulus untuk "memberikan layanan terbaik yang dapat menciptakan ikatan hati, bahkan kepada pengunjung baru sekalipun." Ini mencerminkan tingkat perhatian dan dedikasi yang tinggi dalam budaya keramahtamahan Kyoto.

Bonus! 5 Rekomendasi Drama, Film, dan Anime yang Menampilkan "Kyokotoba"

鴨川

Terakhir, kami akan merekomendasikan beberapa karya yang memungkinkan kamu merasakan Kyokotoba melalui cerita mereka.

Maiko-san Chi no Makanai-san (Kiki's Delivery Service)

Periode Publikasi Manga: Mulai 28 Desember 2016

Kisah ini berpusat pada Kiyo, seorang gadis yang bekerja sebagai juru masak di sebuah okiya (rumah penginapan maiko) di Kyoto. Ceritanya menggambarkan kehidupan sehari-hari para maiko yang tinggal bersama di hanamachi (distrik geisha). Karya ini telah diadaptasi menjadi anime yang tayang di NHK E-tele dan drama yang tayang di Netflix.

👉 【Yahoo! Shopping】Beli produk terkait "Maiko-san Chinomakanai-san"

Deaimon

Periode Publikasi Manga: Mulai April 2016

Kisah ini berpusat pada Nagomu Irino, yang kembali ke rumah orang tuanya di Kyoto, sebuah toko kue tradisional Jepang, setelah 10 tahun karena ayahnya dirawat di rumah sakit. Namun, yang dipercayakan kepadanya bukanlah menjadi penerus toko, melainkan menjadi "ayah" bagi Itsuka Yukihira, seorang gadis yang disebut sebagai penerus toko. Ini adalah cerita yang hangat dan menyentuh hati.

👉 【Yahoo! Shopping】Beli manga "Deaimon"

Onmyoji I & II.

Tanggal Rilis di Bioskop: 6 Oktober 2001, 4 Oktober 2003

Ini adalah film adaptasi dari novel fantasi "Onmyōji" yang mengisahkan sepak terjang Onmyōji (praktisi spiritual) Abe no Seimei, dikembangkan menjadi cerita orisinal untuk layar lebar. Berlatar belakang periode Heian, dua tokoh utama, Abe no Seimei sang Onmyōji dan prajurit Minamoto no Hiromasa, menghadapi berbagai kasus sulit.

👉 【Yahoo! Shopping】 Beli DVD "Onmyoji I & II."

Maiko wa Lady

Tanggal Rilis di Bioskop: 13 September 2014

Film ini berlatar di Kyoto dan menceritakan perjuangan seorang gadis muda untuk menjadi maiko. Disajikan dalam bentuk musikal dengan lagu dan tarian, ini adalah film hiburan yang menarik. Sebuah novelisasi oleh sutradara Masayuki Suo juga telah diterbitkan.

👉 【Yahoo! Shopping】Beli produk terkait "Maiko wa Lady"

Chokotto Kyoto ni Sundemita. 

Ditayangkan: 2022

Drama ini mengusung konsep "Panduan Kyoto tanpa mengunjungi tempat wisata sama sekali" dan "Kyoto yang hanya diketahui oleh penduduknya." Kisahnya mengikuti seorang wanita yang, setelah menyerah pada mimpinya menjadi desainer di Tokyo, menghabiskan waktu di rumah pamannya di Kyoto dan perlahan-lahan menemukan ketenangan batin.

👉 Yahoo! Shopping】Beli produk terkait Chokotto Kyoto ni Sundemita.


Disupervisi oleh: Reiko Tanabashi
Beliau adalah perwakilan dari "Kyokotoba no Kai," sebuah organisasi warga yang berlokasi di Kyoto. Dengan keinginan untuk mewariskan Kyokotoba yang hidup, yang memiliki sejarah lebih dari seribu tahun, kepada generasi berikutnya, beliau mengadakan pertemuan rutin setiap Selasa kedua dan keempat setiap bulan. Beliau terus menyebarkan Kyokotoba melalui berbagai metode, termasuk penyelenggaraan "Kyokotoba Salon," ceramah di tempat seperti sekolah dasar, sekolah menengah pertama, universitas, pusat anak-anak, fasilitas kesejahteraan, serta melalui program radio "Weekly Kyokotoba News" dan YouTube "Manga de Kyokotoba."

Daftar Isi

Survey[Survei] Liburan ke Jepang







Recommend