Pendapatan box office telah melampaui 17,37 miliar yen, dan untuk pertama kalinya dalam 22 tahun, film live-action Jepang "Kokuhou" menjadi nomor satu sepanjang masa. Film ini adalah karya masterpiece yang menggambarkan perjalanan sang tokoh utama, Kikuo Tachibana yang diperankan oleh Ryo Yoshizawa, yang lahir di keluarga yakuza namun kemudian diadopsi oleh keluarga aktor kabuki, mendedikasikan seluruh hidupnya untuk seni, dan tumbuh hingga mampu menari "Sagi Musume", salah satu tarian kabuki yang paling terkenal.
Dalam artikel ini, kami akan menjelaskan dengan mudah tidak hanya ringkasan cerita dan pengetahuan dasar tentang kabuki untuk menikmati film ini lebih dalam, tetapi juga semua pertunjukan yang muncul dalam film seperti "Sagi Musume" dan "Sonezaki Shinju" yang mewarnai klimaks cerita.
*Jika Anda membeli atau memesan produk yang diperkenalkan dalam artikel ini, sebagian dari penjualannya mungkin akan dikembalikan ke FUN! JAPAN.
Apa itu film "Kokuhou"? Berdasarkan novel karya Shuichi Yoshida
Film "Kokuhou" diadaptasi dari novel karya Shuichi Yoshida, seorang penulis Jepang terkenal yang juga diakui secara internasional. Yoshida, sang penulis asli, menulis cerita ini berdasarkan pengalamannya selama empat tahun melakukan riset di balik panggung teater-teater di seluruh Jepang seperti Kabukiza, Shochikuza, dan Hakataza, bekerja sebagai kurogo (staf panggung yang membantu aktor di belakang layar). Ia bahkan dibuatkan pakaian kurogo oleh Ganjiro Nakamura generasi keempat, seorang tokoh besar di dunia kabuki, dan mendapatkan pengalaman langsung di ruang ganti, tempat latihan, dan di balik panggung, yang kemudian sangat mempengaruhi cerita ini. Karya ini lahir dari pengalaman nyata di dunia kabuki yang tidak pernah terlihat dari luar, dan riset mendalam inilah yang menjadi dasar realitas cerita ini.
👉Beli novel "Kokuhou" (Yahoo! Shopping)
Sinopsis film "Kokuhou": Ryo Yoshizawa memerankan tokoh utama yang terpesona oleh kabuki
Cerita dimulai di Nagasaki pada tahun 1964. Jepang pasca perang sedang mengalami pemulihan yang pesat, namun di daerah-daerah masih terdapat organisasi yakuza tradisional yang mempertahankan tatanan mereka sendiri. Di lingkungan seperti itu, seorang anak laki-laki bernama Kikuo Tachibana tumbuh besar, kehilangan ayahnya karena konflik, dan akhirnya menjadi sebatang kara.
Orang yang melihat "bakat panggung" dalam diri Kikuo adalah Hanai Hanjirou, kepala keluarga Hanai, keluarga kabuki Kamigata ternama yang berkembang di Kyoto dan Osaka, sekaligus aktor utama keluarga tersebut. Hanjirou mengadopsi Kikuo dan membimbingnya ke dunia seni tradisional kabuki yang telah berlangsung lebih dari 400 tahun. Kikuo tumbuh bersama putra Hanjirou, Shunsuke, seperti saudara kandung, dan mereka saling memotivasi serta berlatih keras bersama.
Namun, ketika Kikuo terpilih sebagai pengganti Hanjirou, hubungan keduanya mulai goyah, dan roda takdir perlahan mulai berputar.
Karakter utama dan pemeran film "Kokuhou"
Kikuo Tachibana/Touichirou Hanai (Ryo Yoshizawa)
Kikio Tachibana, yang diperankan oleh Ryo Yoshizawa yang juga tampil dalam seri film 'Kingdom' dan sangat populer secara internasional, adalah seorang pemuda yang lahir di keluarga yakuza namun diadopsi oleh keluarga aktor kabuki, lalu mengembangkan bakatnya di dunia seni tradisional. Ia berhasil mengekspresikan perasaan halus karakternya dengan sangat baik.
Demi menguasai gerakan anggun yang dibutuhkan dalam tarian-tarian terkenal seperti 'Futari Dojoji' dan 'Sagi Musume', Yoshizawa berlatih lebih dari satu tahun, mempelajari dasar-dasar penggunaan tubuh khas kabuki. Di dunia kabuki yang sangat menjunjung tinggi garis keturunan, Yoshizawa dengan penuh semangat dan ekspresi tubuh yang luar biasa, menggambarkan sosok Kikio yang mendekati puncak peran "onnagata" bukan karena darah, melainkan karena bakat.
Shunsuke Ogaki/Hanai Hanya (Ryusei Yokohama)
Shunsuke Ogaki, yang diperankan oleh Ryusei Yokohama, lahir di keluarga besar kabuki Kamigata dan merupakan putra dari aktor utama Hanai Hanjirou, sehingga masa depannya sudah dijamin sejak lahir.
Shunsuke, yang kemudian tampil di panggung sebagai Hanai Hanya, tumbuh seperti saudara dengan Kikio, namun hubungan mereka rumit sebagai sahabat sekaligus rival seumur hidup. Seiring dengan berkembangnya kemampuan Kikio, Shunsuke mulai berkonflik antara bakat dan garis keturunan, dan mulai meragukan posisinya sendiri.
Shunsuke yang diperankan Yokohama dengan jelas menyoroti tema universal tentang "beratnya pewarisan" dan "kerasnya persaingan" dalam seni tradisional.
Hanai Hanjirou (Ken Watanabe)
Hanai Hanjirou, yang diperankan oleh Ken Watanabe yang juga aktor Hollywood, adalah aktor utama yang memimpin keluarga besar kabuki Kamigata. Hanjirou melihat bakat alami Kikio sebagai seniman panggung yang kehilangan ayah dan menjadi sendirian, lalu menerimanya ke dalam keluarga dan membesarkannya dengan cinta yang keras namun mendalam. Ia percaya pada bakat Kikio, bahkan mungkin lebih dari putranya sendiri, Shunsuke, dan melatihnya sebagai pewaris tradisi.
Pada akhirnya, ia membuat keputusan besar untuk mempercayakan peran Ohatsu dalam 'Sonezaki Shinju', yang seharusnya ia perankan sendiri, bukan kepada putranya Hanai Hanya, melainkan kepada Hanai Toichiro yang terpilih karena kemampuannya. Pilihan ini menjadi titik balik penting yang membuka takdir bagi Kikio, namun juga meninggalkan bayangan mendalam dalam hubungannya dengan Shunsuke, dan menggerakkan cerita secara besar-besaran.
Harue Fukuda (Mitsuki Takahata)
Harue Fukuda, yang diperankan oleh Mitsuki Takahata, adalah teman masa kecil Kikio dan seorang wanita yang tumbuh dewasa setelah melalui banyak kesulitan di Nagasaki. Kemudian, ia mengikuti Kikio ke Osaka, bekerja di sebuah bar di kawasan hiburan, dan diam-diam mendukung kehidupannya.
Ketika Kikio mulai bersinar sebagai aktor kabuki, Harue mengamati perubahan itu dari jarak tertentu, kadang tegas, kadang hangat mendampingi. Berbeda dengan panggung yang gemerlap, ia membawa "kehangatan kehidupan sehari-hari" ke dalam cerita, namun pada saat yang sama, pilihannya juga mengguncang hati Kikio dan menjadi pemicu titik balik dalam hidupnya.
Mangiku Onogawa (Min Tanaka)
Mangiku Onogawa, yang diperankan oleh Min Tanaka, adalah onnagata paling hebat yang mewakili kabuki Kamigata, dan merupakan aktor kabuki legendaris yang dikenal sebagai Harta Nasional Hidup (seniman yang diakui negara).
Ia juga merupakan sosok besar yang ditemui Kikio dan Shunsuke di masa muda mereka, dan cara hidup serta sikapnya terhadap seni memberikan pengaruh yang tenang namun pasti dalam kehidupan kedua aktor tersebut.
Tanaka, dengan pengalaman panjangnya sebagai penari, mengekspresikan Mangiku sebagai sosok yang memiliki "aura khusus yang hanya dimiliki oleh mereka yang berdiri di atas panggung". Khususnya dalam adegan 'Sagi Musume', ekspresi tubuh yang melampaui kata-kata memberikan kesan mendalam pada karya ini. Mangiku adalah karakter penting yang melambangkan tradisi dan spiritualitas dunia kabuki, memberikan bobot dan kedalaman pada cerita.
Memperdalam Pemahaman tentang 'Kokuhou'! Pengetahuan Dasar Kabuki yang Perlu Diketahui
Tachiyaku dan Onnagata
Kabuki adalah seni tradisional yang telah berlangsung lebih dari 400 tahun, dengan ciri khas bahwa semua peran wanita juga dimainkan oleh aktor pria. Peran-peran tersebut secara garis besar dibagi menjadi "tachiyaku" dan "onnagata". Tachiyaku memerankan berbagai peran pria seperti samurai dan rakyat biasa, sedangkan onnagata adalah aktor spesialis peran wanita, yang mengekspresikan gerakan halus wanita hingga ke ujung jari, cara berjalan, dan tatapan mata.
Tokoh utama dari "Kokuhou", Kikuo (Hanai Touichirou), menunjukkan bakat luar biasa sebagai onnagata (pemeran wanita dalam kabuki), dan dengan menantang peran besar seperti "Futari Dōjōji" dan "Sonezaki Shinjū", ia membuka jalan hidupnya sebagai aktor.
Beratnya Tradisi Keluarga dan Pewarisan Nama Panggung (Shūmei)
Dalam kabuki, terdapat "kata" (gaya akting) dan pertunjukan khas yang diwariskan di setiap keluarga, dan para aktor mewarisi nama panggung yang sama secara turun-temurun. Ini disebut "shūmei", yang bukan sekadar pergantian nama, melainkan momen penting untuk mewarisi sejarah dan seni keluarga. Untuk menggunakan nama panggung yang diwariskan turun-temurun, dibutuhkan kemampuan dan tekad, dan para penonton pun memahami beratnya hal tersebut saat menyaksikan pertunjukan.
Dalam "Kokuhou", juga digambarkan kontras antara Shunsuke, pewaris keluarga terkemuka sejak lahir, dan Kikuo, yang memasuki dunia akting bukan karena darah melainkan bakat, sehingga sistem pewarisan nama menjadi salah satu tema besar cerita, menyoroti tradisi dan konflik yang ada.
Panggung dan Pertunjukan Kabuki
Pertunjukan kabuki memiliki keunikan tersendiri, seperti sistem "pergantian" di mana beberapa pertunjukan dipentaskan dalam satu hari, atau program yang berbeda antara siang dan malam. Para aktor kadang memerankan beberapa peran dalam satu hari, dan penonton dapat memilih pertunjukan favorit untuk ditonton.
Selain itu, kabuki memiliki teater khusus tradisional, di mana teater itu sendiri menjadi pusat penting dalam mewariskan budaya.
Dalam film "Kokuhou", teater nyata "Eirakukan" di Prefektur Hyogo digunakan sebagai lokasi syuting, dan teater khusus dalam cerita, "Hinomotoza", direkonstruksi secara detail oleh direktur seni Yohei Taneda demi menghadirkan "suasana asli teater kabuki". Bobot budaya teater seperti ini memberikan realitas yang mendalam pada film tersebut.
Efek Perangkat Panggung seperti "Hanamichi" dan "Seri/Suppon"
Kabuki memiliki banyak perangkat panggung unik untuk menampilkan cerita secara tiga dimensi. Salah satu yang paling khas adalah "hanamichi", jalur yang melintasi penonton. Selain digunakan untuk masuk dan keluar aktor, hanamichi juga menjadi tempat untuk mengekspresikan perasaan. Selain itu, ada "seri" (panggung yang naik turun) dan "suppon" (seri kecil di tengah hanamichi), yang digunakan untuk kemunculan tiba-tiba atau efek misterius.
Dalam film "Kokuhou", ketegangan dan kegembiraan para aktor juga diekspresikan melalui perangkat panggung, menekankan bahwa kabuki adalah "seni total yang menggabungkan teknik dan tubuh".
Sinopsis 7 Pertunjukan Kabuki yang Muncul dalam Film "Kokuhou", Termasuk "Sagi Musume" dan "Sonezaki Shinjū"!
Tsumoru Koi Yuki no Sekinotō: Tarian Fantastis yang Memadukan Salju dan Sakura
Di pos pemeriksaan Gunung Ōsaka yang diselimuti salju lebat, "Komachi Zakura" yang mekar dengan warna abu-abu pucat karena kesedihan kehilangan kaisar, berdiri penuh di sana. Penjaga pos, Sekibee (yang sebenarnya adalah Ōtomo no Kuronushi), Shōshō Munesada yang berduka atas kematian kaisar, dan putri kekasihnya, Komachi Hime, bertemu di sana, dan ketiganya menampilkan tarian fantastis di mana salju dan sakura saling bersilangan.
Menurut ramalan bintang, Sekibee mengetahui bahwa "jika malam ini menebang pohon sakura dan menjadikannya gomagi (kayu khusus untuk ritual api), maka ia akan menguasai negeri". Saat Sekibee mengangkat kapaknya, muncullah seorang yujo bernama Sumizome. Dalam percakapan mereka, Sumizome menyadari bahwa Sekibee adalah Ōtomo no Kuronushi. Sebenarnya, Sumizome adalah roh Komachi Zakura, dan karena dendam atas kematian Antei, adik Munesada yang dibunuh oleh Kuronushi, terjadi pertarungan sengit di antara mereka.
Dalam film, adegan kemunculan Sumizome yang diperankan Kikuo saat masih anak-anak digambarkan dengan sangat berkesan.
👀Apa itu Yujo: Wanita yang bekerja di distrik hiburan yang diakui secara resmi. Banyak di antara mereka yang memiliki keahlian dalam seni, seperti musik, tari, dan puisi.
Fujimusume: Tarian Murni yang Menggambarkan Hati Gadis yang Jatuh Cinta
Dalam dunia fantastis di mana bunga wisteria bermekaran memenuhi panggung, roh wisteria muncul dalam wujud gadis cantik, dan melalui berbagai tarian, menggambarkan hati seorang gadis yang sedang jatuh cinta.
Diiringi musik nagauta yang menjadi penopang tarian kabuki, seorang gadis dengan payung hitam berdiri di bawah pohon pinus, mengekspresikan rasa malu, kegembiraan, dan kerinduan pada pria yang dicintainya dengan gerakan anggun menggunakan kipas dan payung. Di tengah pertunjukan, ia berganti kostum dan muncul kembali, menari ringan seperti roh wisteria yang mabuk sake dalam adegan "Fuji Ondo", diikuti tarian tangan yang memesona, dan akhirnya menutup tirai dengan membawa ranting wisteria seolah-olah merindukan sisa musim semi.
Dalam film, karya ini digambarkan sebagai "Futari Fuji Musume" di mana dua onnagata tampil bersama, menonjolkan kemegahan panggung.
Renjishi: Kasih Sayang dan Ujian antara Orang Tua dan Anak
'Renjishi' adalah tarian kabuki yang diciptakan berdasarkan karya terkenal Noh 'Shakkyo', dan merupakan mahakarya yang menggambarkan kasih sayang dan ujian antara singa induk dan anaknya dengan penuh kemegahan.
Panggungnya berlatar di Jembatan Batu Gunung Seiryo, Tiongkok. Berdasarkan legenda bahwa singa induk mendorong anaknya ke jurang dan hanya membesarkan anak yang berhasil kembali dengan kekuatannya sendiri, pada paruh pertama, kyogen-shi mengekspresikan ketegasan singa induk dan pertumbuhan anak singa melalui tarian menggunakan boneka singa. Pada paruh kedua, aktor kabuki muncul sebagai roh singa induk berambut putih dan anak singa berambut merah, menampilkan "kefuri" yang penuh kekuatan dengan menggoyangkan rambut mereka secara spektakuler.
Dalam film, adegan Hanai Hanjirou menari kefuri sebagai singa induk digambarkan dengan sangat mengesankan.
Futari Dōjōji: Mahakarya yang Mengekspresikan Obsesi dan Keindahan Seorang Wanita
'Futari Dōjōji' adalah tarian kabuki yang megah, di mana dua orang menari "Kyo Kanoko Musume Dōjōji", berdasarkan Noh 'Dōjōji' dan legenda tentang lonceng di Kuil Dōjōji di Kishu.
Di Kuil Dōjōji di Kishu, diadakan upacara pemberkatan lonceng baru, dan Hanako, seorang shirabyoshi (wanita penghibur yang menari), datang untuk memuja lonceng tersebut. Hanako diizinkan untuk ikut serta dengan syarat mempersembahkan tarian, dan mereka berdua menampilkan tarian yang anggun satu demi satu.
Namun, identitas asli Hanako adalah roh dendam Kiyohime, yang karena dikhianati oleh orang yang dicintainya, berubah menjadi ular raksasa dan membakar lonceng tersebut, dan obsesinya perlahan mulai terungkap.
Kikuo dan Shunsuke, yang tumbuh dengan saling bersaing, menantang mahakarya ini dengan segenap jiwa dan raga, meninggalkan kesan mendalam dalam film.
Sonezaki Shinju: Kisah Cinta Tragis yang Melampaui Status Sosial
'Sonezaki Shinju' adalah mahakarya berdasarkan joruri (musik naratif) yang ditulis oleh Chikamatsu Monzaemon pada tahun 1703. Setelah Nakamura Senjaku generasi kedua (Sakata Tojuro generasi keempat) memerankan Ohatsu pada tahun 1953 dan menjadi hit besar, karya ini juga menjadi sangat populer di dunia kabuki.
Cerita ini berlatar di Sonezaki, Osaka, menggambarkan kisah cinta tragis antara Tokubei, seorang pelayan, dan Ohatsu, seorang wanita penghibur, yang terdesak oleh perbedaan status sosial dan pengkhianatan, hingga akhirnya memilih untuk "menjadi suami istri dalam kematian".
Dalam film, yang terpilih sebagai Ohatsu menggantikan guru Hanai Hanjirou yang mundur karena sakit bukanlah putra kandungnya, melainkan muridnya, Kikuo. Penampilan Kikuo yang menantang peran sulit kabuki Kamigata yang menuntut penggambaran emosi halus, dengan jelas menampilkan tekad dan pertumbuhannya sebagai aktor.
Sagi Musume: Penderitaan Roh Bangau Putih yang Jatuh Cinta pada Manusia
Tarian kabuki "Sagi Musume" adalah karya fantastis yang menggambarkan penderitaan roh bangau putih yang jatuh cinta pada manusia, hingga akhirnya menerima siksaan di neraka. Di atas panggung bersalju, seorang gadis berbusana putih muncul, berdiri dengan payung di tangan, dan melalui berbagai perubahan kostum oleh onnagata, perasaan wanita yang dilanda cinta diekspresikan melalui berbagai tarian.
Karya ini pertama kali dipentaskan pada tahun 1762 di era Edo, dan teknik panggung khas kabuki seperti "hikinuki" (pergantian kostum seketika) dan "bukkaeri" (kembali ke wujud burung) menjadi daya tarik utama. Saat ini, karya ini juga dikenal secara internasional sebagai peran andalan Bando Tamasaburo.
Sumber: Yahoo! Shopping
Dalam film tersebut, harta nasional hidup Onogawa Mangiku dan Kikuo menarikan pertunjukan ini, dan ekspresi mereka yang penuh keindahan dan ketegangan mewarnai klimaks cerita.
Menuju Dunia Hiburan Jepang yang Mendalam Melalui Film "Kokuhou"
Film "Kokuhou" adalah karya awal yang secara lembut membuka pintu ke dunia besar kabuki. Penampilan para aktor yang mendedikasikan hidup mereka untuk seni, usaha yang mereka lakukan demi satu momen di atas panggung, serta keindahan yang luar biasa yang menggugah hati penonton—semuanya terpancar dari layar dan mengajak kita masuk ke dalam hutan kabuki yang dalam.
Jika film ini sedikit saja menggugah hati Anda, cobalah melangkah ke tahap berikutnya dengan merasakan panggung yang sesungguhnya. Getaran yang tumbuh dari film ini pasti akan berkembang menjadi pengalaman yang sangat mengesankan.
👉Tokyo|Belajar Seni Tradisional Kabuki Jepang di Ginza (kkday)
Comments