
Boneka tradisional Jepang dan kokeshi adalah karya seni kerajinan tangan yang penuh dengan keahlian dan estetika para pengrajin. Mulai dari boneka yang sederhana dan hangat, hingga Hina Ningyo dan Gogatsu Ningyo yang mewah dan indah, setiap daerah di Jepang melahirkan keindahan bentuk yang unik dan khas.
Sejak zaman dahulu, boneka Jepang juga memiliki peran sebagai "hitogata" untuk mengusir bencana, serta sebagai jimat untuk kesehatan dan keberuntungan. Saat ini, boneka-boneka ini juga populer sebagai dekorasi interior maupun hadiah.
Pada artikel ini, kami akan memperkenalkan secara detail sejarah dan jenis-jenis boneka Jepang, kerajinan tradisional yang terkenal, serta pesona kokeshi. Mari kita intip dunia di mana tradisi dan doa hidup berdampingan melalui budaya boneka Jepang yang fotogenik dan indah.
🎎Cek peringkat "Boneka Hina" yang populer! (Yahoo! Shopping)
*Sebagian dari penjualan produk yang diperkenalkan atau dipesan melalui artikel ini dapat dikembalikan kepada FUN! JAPAN.
Apa itu Boneka Jepang? Kerajinan Tradisional yang Memadukan Budaya dan Seni

Boneka Jepang tidak hanya sekadar mainan, tetapi juga telah lama dihargai sebagai karya seni, kerajinan tangan, atau sebagai objek yang dipercayakan harapan dan doa.
Oleh karena itu, bahan dan cara pembuatannya sangat beragam, mulai dari boneka sederhana yang terbuat dari kertas, tanah liat, kayu, kain, hingga boneka dengan nilai seni tinggi yang menggabungkan teknik tradisional Jepang seperti lukisan, patung, tenun, dan pewarnaan.
Selain itu, boneka daerah yang diwariskan di berbagai tempat mencerminkan adat istiadat, kepercayaan, dan gaya hidup masyarakat pada masa kelahirannya, sehingga menjadi warisan budaya yang berharga untuk memahami sejarah budaya Jepang.
Sejarah Boneka Jepang. Dari Mana Asal Hina Ningyo dan Gogatsu Ningyo?

Salah satu asal-usul boneka Jepang adalah tradisi mengalihkan penyakit atau bencana ke "katashiro" atau "hitogata" yang terbuat dari kayu atau kertas, sebagai upacara penolak bala dan penyucian. Boneka kayu dari zaman Nara (mokusei katashiro) telah ditemukan di situs arkeologi dari akhir abad ke-7, yang menunjukkan bahwa tradisi ini sudah ada sejak dahulu.

Kemudian, boneka sebagai mainan berkembang menjadi "Hina Asobi". Pada awal abad ke-11, hal ini juga tercatat dalam "Genji Monogatari" karya Murasaki Shikibu. Pada akhir abad ke-16, upacara istana yang menggabungkan penolak bala dengan "katashiro" dan "Hina Asobi" mulai diadakan, dan akhirnya menyebar ke kalangan samurai. Pada abad ke-17, festival ini menjadi populer di kalangan masyarakat umum sebagai "Hina Matsuri", dan Hina Ningyo pun berkembang dari sepasang boneka sederhana menjadi hiasan bertingkat dengan kostum dan dekorasi yang mewah.
🎎Baca artikel lengkap tentang "Hina Matsuri"

Sementara itu, Hari Anak Laki-laki (Tango no Sekku) yang mendoakan pertumbuhan sehat anak laki-laki, menjadi perayaan yang berkembang pesat pada zaman Edo sebagai acara untuk mendoakan keberuntungan dan keselamatan dalam keluarga samurai. Awalnya, helm dan bendera dipajang di luar rumah, namun seiring tradisi ini menyebar ke kalangan masyarakat umum, lahirlah kebiasaan memajang Gogatsu Ningyo (boneka bulan Mei) di dalam rumah, yang meniru pahlawan legendaris atau tokoh sejarah lengkap dengan baju zirah dan helm.
Selain itu, pada zaman Edo, budaya boneka yang beragam juga berkembang pesat, seperti boneka kostum dan boneka kehidupan sehari-hari yang menggambarkan adegan terkenal dari Kabuki dan Noh, lukisan wanita cantik, serta kehidupan masyarakat umum.
Dengan demikian, boneka Jepang memiliki peran yang beragam dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam kepercayaan, seni, permainan, dan perayaan, dan hingga kini tetap menjadi bagian penting dari budaya yang diwariskan turun-temurun.
Boneka Jepang yang Diakui sebagai Kerajinan Tradisional: Jenis dan Ciri Khasnya
Hakata Ningyo (Prefektur Fukuoka)

Asal-usul Hakata Ningyo yang dibuat di Prefektur Fukuoka bermula pada tahun 1600. Saat pembangunan Kastil Fukuoka, para pengrajin yang membuat onigawara (ubin hias di kedua ujung atap) membakar boneka tanah liat dan mempersembahkannya kepada penguasa daerah. Inilah yang dianggap sebagai awal mula Hakata Ningyo. Pada zaman Meiji (1868–1912), boneka ini mendapat reputasi baik di luar negeri, seperti pada Pameran Dunia Paris tahun 1867, dan diekspor ke luar Jepang.

Salah satu ciri khas Hakata Ningyo yang diwariskan sejak dulu adalah teknik mewarnai langsung pada boneka tanah liat tanpa glasir, sehingga menghasilkan nuansa hangat dari tanah liat dan menciptakan kesan yang indah dan hidup. Selain itu, ragam temanya juga sangat luas, mulai dari wanita cantik, Kabuki, Noh, prajurit, hingga shio (zodiak), yang juga menjadi keunikan Hakata Ningyo.
🎎Berapakah kisaran harga "Hakata Ningyo"? Cek boneka rekomendasi di sini (Yahoo! Shopping)
Edo Sekku Ningyo (Tokyo & Prefektur Saitama)

Boneka Edo Ishogi Ningyo mulai dibuat pada zaman Edo dengan pengaruh dari pembuatan boneka di Kyoto. Pada era Horeki (1751–1764), gaya "Edomae" yang realistis dan elegan, yang menampilkan suasana hidup, mulai berkembang.
Puncak budaya boneka Edo terjadi pada era Bunka-Bunsei (1804–1830). Pada masa ini, boneka bulan Mei (Gogatsu Ningyo) yang mengenakan helm dan baju zirah, serta Edo Kacchu (zirah Edo) yang meniru baju zirah asli, mulai dibuat untuk perayaan Tango no Sekku.
Selain itu, pada zaman Edo juga muncul boneka kecil bergaya Edo yang realistis, seperti boneka yang meniru aktor Kabuki populer layaknya ukiyo-e, serta boneka Ichimatsu. Boneka Edo Ishogi Ningyo dan Edo Kacchu ini kini diakui sebagai kerajinan tradisional oleh Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang, dan terus mewariskan kehidupan serta budaya Edo hingga saat ini.
🎏Apakah "Edo Sekku Ningyo" mahal? Cek kisaran harganya di sini (Yahoo! Shopping)
Edo Oshie (Tokyo dan sekitarnya)

Edo Oshie mulai banyak dibuat di sekitar Nihonbashi dan Asakusa sejak zaman Edo. Hagoita dengan hiasan Edo Oshie, yang disebut "Edo Oshie Hagoita", menyebar melalui penjualan di "Toshi no Ichi" (pasar yang diadakan pada akhir tahun), dan berkembang dengan menggabungkan kostum dan budaya Kabuki serta teknik lukisan Jepang. Di Asakusa, di mana terdapat tiga teater besar yang dikenal sebagai Edo Sanza, oshie yang menggambarkan sosok aktor Kabuki sangat populer.
Daya tarik Edo Oshie terletak pada ekspresi dan pose yang penuh semangat dan dinamis. Menggambarkan hal tersebut sangatlah sulit, sehingga para pengrajin dikatakan menyusun konsep setelah benar-benar menonton pertunjukan di panggung. Inilah kerajinan tradisional yang benar-benar menggabungkan budaya dan seni.
Iwatsuki Ningyo (Prefektur Saitama)

Asal-usul Iwatsuki Ningyo, yang dibuat terutama di Kota Iwatsuki, bermula sekitar tahun 1634–1647, saat pembangunan Kuil Nikko Toshogu. Di antara para pengrajin yang dikumpulkan dari seluruh negeri dan menetap di Iwatsuki, ada yang ahli dalam membuat boneka, yang menjadi awal mula kerajinan ini. Selanjutnya, pembuatan boneka semakin berkembang ketika teknik pembuatan kepala dari toso* (toso-gashira) yang dibawa oleh pemahat Buddha dari Kyoto diperkenalkan pada tahun 1697. Teknik ini kemudian diwariskan oleh samurai dan petani sebagai pekerjaan sampingan.
Produk utamanya adalah boneka Hina, boneka Gogatsu, dan boneka Ukiyo yang mengenakan kostum. Ciri khasnya adalah wajah bulat dengan mata besar, serta kulit halus yang dihasilkan dari penggunaan gofun, yaitu pigmen putih. Untuk kostumnya digunakan kain tenun mewah seperti Nishijin-ori, sehingga menghasilkan boneka yang anggun dan penuh warna.
*Toso-gashira: Kepala boneka yang dibuat dari campuran bubuk paulownia dan lem shofu yang dipadatkan.
🎎Berapakah kisaran harga "Iwatsuki Ningyo"? Cek di Yahoo! Shopping
Suruga Hina Ningyo (Prefektur Shizuoka)


Asal-usul Suruga Hina Ningyo diyakini berasal dari akhir zaman Edo (awal abad ke-19). Di sekitar Suruga-ku, Kota Shizuoka saat ini, seorang pengrajin boneka tanah liat dari Mino (sekarang Prefektur Gifu) diundang untuk membuat "Neri Tenjin" dari tanah liat, yang menjadi awal mula kerajinan ini. Setelah itu, mulai dibuat "Ishougi Tenjin" yang mengenakan kostum, yang menjadi cikal bakal Suruga Hina Ningyo.
Ciri khas terbesar Suruga Hina Ningyo adalah proses "ude-ori" atau "furitsuke", yaitu teknik membengkokkan dan memasang kedua lengan, yang membutuhkan keahlian tinggi dari pengrajin. Hanya dengan melihat hasil ude-ori, kamu bisa mengetahui karya pengrajin mana, karena kepribadian pembuatnya sangat tercermin di sana.
Selain itu, ciri khas lainnya adalah kostum yang dibuat terpisah antara atasan dan bawahan, menciptakan bentuk yang indah dan dinamis. Produk utamanya meliputi boneka Hina, boneka Gogatsu, Rentenjin, boneka prajurit, dan lain-lain.
*Rentenjin: Boneka yang menggambarkan Sugawara no Michizane, seorang bangsawan dari zaman Heian yang dihormati sebagai dewa ilmu pengetahuan.
🎎Apakah "Suruga Hina Ningyo" mahal? Cek kisaran harga (Yahoo! Shopping)
Suruga Hinagu (Prefektur Shizuoka)
Sejarah Suruga Hinagu dapat ditelusuri hingga abad ke-16, saat pembangunan Kuil Shizuoka Sengen dilakukan. Pembangunan tersebut menjadi awal berkumpulnya para pengrajin kayu dan pengrajin pernis dengan keahlian tinggi dari seluruh Jepang ke Shizuoka. Pembuatan hinagu kemudian berkembang sebagai salah satu cabang kerajinan pernis, dan diwariskan sebagai kerajinan tangan yang sangat halus.
Ciri paling menonjol adalah, bahkan hanya untuk barang-barang tradisional saja, ada sekitar 40 jenis hinagu seperti lemari dan meja rias yang menghiasi sekitar boneka Hina, di mana setiap item dibuat dengan proses yang sama telitinya seperti perabot asli. Oleh karena itu, kotak jarum dan lemari kecil benar-benar dapat digunakan sebagai tempat penyimpanan barang. Selain itu, hinagu ini juga dihiasi dengan maki-e yang indah, sehingga kamu dapat menikmati suasana elegan—ini adalah daya tarik Suruga Hinagu.
Kyo Ningyo (Kyoto)

Kyo Ningyo adalah sebutan umum untuk boneka Jepang yang dibuat di Kyoto. Asal-usulnya bermula dari zaman Heian (akhir abad ke-8 hingga abad ke-12), dimulai dari boneka "Hiina" yang digunakan sebagai mainan anak perempuan bangsawan. Setelah itu, pada zaman Edo, lahirlah boneka-boneka berbusana seperti Hina Ningyo, Gogatsu Ningyo, dan Ukiyo Ningyo.
Ciri khas Kyo Ningyo adalah adanya pembagian kerja untuk setiap proses dan bagian seperti kepala, rambut, tangan, kaki, dan aksesori. Tidak sedikit juga boneka mewah yang mengenakan kimono Nishijin-ori asli. Tradisi yang dikembangkan oleh para pengrajin dengan keahlian tinggi ini tetap hidup hingga kini, menjadi daya tarik mendalam dari Kyo Ningyo.
🎎Seperti apa "Kyo Ningyo"? Lihat fotonya (Yahoo! Shopping)
Apa itu "Kokeshi" Jepang? Melihat kerajinan tradisional Tohoku dari asal-usul, jenis, dan ciri khasnya


Ciri paling khas dari kokeshi adalah bentuknya yang sederhana, hanya terdiri dari kepala dan badan. Asal-usulnya bermula pada zaman Edo, sekitar era Bunka dan Bunsei (1804–1830). Awalnya dibuat oleh para pengrajin kayu (kijishi) di wilayah Tohoku sebagai mainan untuk anak-anak. Karena teknik pembuatan, bentuk, dan motifnya hanya diwariskan kepada keluarga atau murid, setiap keluarga dan daerah memiliki ciri khas tersendiri. Saat ini, kokeshi diklasifikasikan menjadi 12 aliran berdasarkan daerah asalnya.
*Kijishi: Pengrajin yang membuat barang-barang kayu seperti mangkuk dan baki dari kayu putih menggunakan alat berputar yang disebut rokuro.
🎎Apakah "Kokeshi Tradisional" mahal atau murah? Cek kisaran harga (Yahoo! Shopping)
Jenis dan Ciri Kokeshi Tradisional Miyagi

Dari 12 aliran kokeshi tradisional, aliran dari Prefektur Miyagi terdiri dari lima jenis: "14276", "Yajirou Kokeshi", "Naruko Kokeshi", "Sakunami Kokeshi", dan "Hijiori Kokeshi". Semuanya lahir di daerah onsen (pemandian air panas), dan seluruh proses pembuatannya dilakukan oleh satu pengrajin.
Togatta Kokeshi

Ada dua tipe utama: satu dengan kepala besar yang dihiasi gambar rambut tradisional Jepang yang meriah, dan satu lagi dengan rambut hitam polos tanpa hiasan. Wajahnya memiliki mata panjang dan hidung yang tegas, memberikan kesan dewasa. Motif pada badan biasanya berupa bunga krisan, plum, dan pola beragam lainnya, yang menjadi ciri khasnya.
Yajirou Kokeshi

Ciri khasnya adalah garis rokuro (garis yang dibuat dengan alat pemutar) di kepala yang menyerupai baret, dan di bawahnya terdapat hiasan rambut Jepang berwarna merah yang disebut tegara. Karena dibuat sesuai permintaan pelanggan, variasi bentuk dan motifnya lebih banyak dan lebih bebas dibandingkan aliran lain, menjadikannya kokeshi tradisional yang sangat fleksibel.
*Garis rokuro: Garis yang digambar menggunakan alat pemutar yang disebut rokuro
Naruko Kokeshi

Kokeshi ini dihiasi dengan lukisan realistik, terutama motif bunga krisan pada badan, sehingga tampil meriah. Ketika lehernya diputar, akan terdengar suara "kuyuk-kuyuk". Ciri khas lainnya adalah wajah berbentuk biji labu (proporsional seperti biji labu) dan badan yang ramping di bagian tengah.
Sakunami Kokeshi
Pada dasarnya, ada dua tipe: satu dengan badan ramping lurus seperti tongkat dan kepala kecil, dan satu lagi dengan bagian pinggang ramping serta bagian bawah yang lebih besar untuk memberikan stabilitas.
Hijiori Kokeshi
Kokeshi ini merupakan turunan dari aliran Naruko dan Togatta. Badannya dipengaruhi kuat oleh aliran Naruko, yaitu tebal dan lurus, namun ada juga yang memiliki lekukan di atas bagian bawah dan bagian bawah yang lebih besar. Warna badan biasanya kuning cerah, dan ciri khas lainnya adalah mata dan hidung yang digambar dengan tegas.
Comments