
Di Jepang, berbagai alat tulis yang dibuat dengan keterampilan para pengrajin telah muncul, mulai dari kuas kaligrafi, batu tinta, hingga alat hitung soroban. Alat-alat ini telah mendukung fondasi budaya Jepang. Meskipun merupakan barang yang praktis, item-item yang ditetapkan sebagai kerajinan tradisional ini memiliki keindahan yang hampir seperti karya seni, dan juga sangat populer sebagai oleh-oleh. Artikel ini akan membahas ciri khas, proses pembuatan, dan sejarah alat tulis tersebut. Yuk, rasakan kedalaman tradisi alat tulis Jepang!
*Jika Anda membeli atau memesan produk yang diperkenalkan dalam artikel ini, sebagian dari penjualannya mungkin akan disumbangkan kembali ke FUN! JAPAN.
Alat Tulis yang Ditunjuk sebagai Kerajinan Tradisional Jepang
Alat tulis yang ditunjuk sebagai kerajinan tradisional oleh Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang mencakup kuas, batu tinta, dan tinta dari empat barang utama dalam dunia peralatan tulis (Bunbo Shiho), serta sempoa yang digunakan untuk perhitungan. Sebagian besar dari peralatan ini dibuat dengan tangan oleh pengrajin. Meskipun komputer dan kalkulator kini menjadi alat utama untuk menulis dan menghitung, alat tulis tradisional ini tetap memiliki popularitas yang kuat hingga saat ini.
* Bunbo Shiho: Empat alat kuas, kertas, batu tinta, dan tinta yang sangat diperlukan untuk kaligrafi.
Kuas

Kuas adalah alat yang digunakan untuk menulis atau melukis, dengan ujung pegangan yang terbuat dari bambu atau kayu, dan tumpukan rambut hewan di bagian ujungnya. Cara penggunaannya adalah dengan mencelupkan bagian rambut ke dalam tinta atau pigmen untuk menulis huruf atau menggambar, meskipun juga digunakan sebagai alat rias.
Ada empat daerah yang telah ditunjuk sebagai penghasil kuas tradisional oleh pemerintah. Keempatnya adalah kuas Nara dari Prefektur Nara, kuas Kumano dan Kawajiri dari Prefektur Hiroshima, serta kuas Toyohashi dari Prefektur Aichi. Dari keempatnya, kuas Kumano yang memproduksi sekitar 80% dari total produksi nasional dan kuas Nara yang memiliki sejarah terpanjang akan diperkenalkan lebih lanjut.
🛒 Beli "Brush" (Yahoo! Shopping)
🛒 Beli "Kuas Toyohashi" (Yahoo! Shopping)
Kuas Kumano

Kuas Kumano adalah kuas tradisional yang dibuat di Kota Kumano, Prefektur Hiroshima. Pada akhir era Edo, penduduk setempat belajar teknik pembuatan kuas dari para pengrajin kuas yang berasal dari wilayah Hiroshima, dan teknik tersebut kemudian berkembang di daerah tersebut. Saat ini, kuas Kumano menyumbang sekitar 80% dari total produksi nasional dan dikenal sebagai "Kota Kuas."
Kuas ini dibuat dengan menggunakan rambut hewan seperti kambing, kuda, rusa, dan musang, dan melalui lebih dari 80 tahapan proses pembuatan. Setiap kuas dibuat dengan teliti oleh pengrajin yang berpengalaman. Kuas Kumano digunakan untuk berbagai tujuan, seperti kuas kaligrafi, kuas lukis, dan kuas rias, yang menjadi daya tarik tersendiri.
Selain itu, "Kumano Fude®" adalah merek yang diberikan hanya kepada produk yang memenuhi standar ketat terkait tempat produksi, bahan baku, dan proses pembuatan. Merek ini sangat dihargai oleh berbagai kalangan, mulai dari para ahli kaligrafi hingga anak-anak sekolah dasar.
🛒 Beli "Kuas Kumano" (Yahoo! Belanja)
Kuas Nara
Kuas Nara adalah kerajinan tradisional yang dibuat di Kota Nara dan Kota Yamato-Koriyama, dengan sejarah sekitar 1200 tahun. Asalnya berasal dari awal periode Heian. Dikatakan bahwa Kōbō Daishi (Kōkai) membawa kembali teknik pembuatan kuas dari Tiongkok dan mengajarkannya kepada penduduk wilayah Yamato (sekarang Nara), yang menandai dimulainya sejarah pembuatan kuas di Jepang.
Ciri utama dari kuas Nara adalah kombinasi berbagai jenis rambut hewan, seperti rambut domba, rakun, dan kelinci, yang dipadukan dengan cermat untuk menciptakan kekuatan, elastisitas, dan panjang rambut yang ideal. Kualitas rambut hewan bervariasi tergantung pada jenis hewan, bagian tubuh, habitat, dan waktu pemotongan, sehingga hanya dengan memanfaatkan karakteristik masing-masing jenis rambut, kuas dengan kualitas menulis yang luar biasa dapat dihasilkan.
Oleh karena itu, para pengrajin memerlukan keterampilan yang sangat terampil dalam setiap tahap, mulai dari pemilihan rambut, pembentukan, pengeringan, hingga penyelesaian. Teknik yang dipelajari selama bertahun-tahun dan perhatian penuh pengrajin terhadap setiap detail telah menghasilkan kuas Nara yang terus dilestarikan hingga saat ini sebagai simbol sejarah kuas Jepang.
🛒 Beli "Nara Brush" (Yahoo! Shopping)
Batu tinta

Batu tinta adalah alat yang digunakan untuk menggiling tinta yang digunakan dalam kaligrafi atau lukisan tinta. Banyak dari alat ini terbuat dari batu atau ubin, dan telah dihargai sebagai salah satu dari empat alat utama dalam dunia tulis-menulis sejak zaman dahulu. Meskipun terdapat berbagai daerah di Jepang yang memproduksi sumi, di antara yang paling terkenal sebagai kerajinan tradisional adalah Ogatsu Sumi dan Akama Sumi.
Batu Tinta Ogatsu

Ogatsu Suzuri(Batu tinta Ogatsu), kerajinan tradisional yang dibuat di Kota Ishinomaki dan Sendai, Prefektur Miyagi, memiliki sejarah lebih dari 600 tahun. Konon, batu tintanya sudah diproduksi di daerah Ogatsu, Ishinomaki pada sekitar tahun 1396.
Keistimewaan sumi ini terletak pada keseimbangan "hobou" (garis halus) yang sangat penting untuk fungsinya sebagai alat penggiling tinta. Hobou adalah ketidakteraturan halus yang berfungsi seperti gigi saat menggiling tinta. Keseimbangan kasar dan halus, keras dan lembut dari hobou sangat penting saat menggunakan sumi. Selain itu, warna hitam mengkilap dan biru tua yang dalam serta tekstur batu yang halus juga menjadi daya tariknya.
Bahan utama yang digunakan adalah batu Ogatsu. Batu Ogatsu adalah batuan serpih keras yang diambil dari lapisan geologi periode Paleozoikum sekitar 200-300 juta tahun yang lalu. Batuan ini tahan lama dan tidak mudah berubah. Pada zaman Edo, batu ini dipersembahkan kepada Daimyo Date Masamune dari klan Sendai, yang memerintah wilayah yang kini mencakup Prefektur Miyagi dan bagian selatan Prefektur Iwate, dan mendapat pujian tinggi. Sejak saat itu, teknik pembuatan sumi yang dilakukan oleh para pengrajin telah diwariskan dan kini masih dihargai oleh penggemar kaligrafi.
🛒 Beli "Yukatsu Inkstone" (Yahoo! Shopping)
Batu Tinta Akama
Batu tinta Akama, yang diproduksi di Kota Shimonoseki dan Ube di Prefektur Yamaguchi, memiliki sejarah panjang. Bukti tercatat bahwa sumi ini sudah dipersembahkan di Kuil Tsurugaoka Hachimangu pada tahun 1191 (zaman Kamakura), yang menunjukkan bahwa produksi sumi ini sudah ada sejak abad ke-12. Kemudian, pada zaman Edo, sumi ini dikenal sebagai produk khas dari klan Choshu (sekarang Prefektur Yamaguchi).
Ciri khas bahan baku batu Akama adalah kehalusan dan kekerasannya, serta daya rekat yang memudahkan pengukiran. Batu ini memiliki warna dasar ungu kemerahan, dengan lapisan yang terkadang mengandung warna kehijauan. Keindahan pola-pola seperti "seki-gan" (titik batu) yang muncul pada batu Akama menambah daya tariknya.
Proses pembuatan sumi dan teknik yang digunakan, yang memanfaatkan keindahan bahan baku ini, telah diwariskan oleh pengrajin dan hampir tidak berubah dalam 100 tahun terakhir. Fitur utama dari batu tinta Akama adalah ketajaman hobou (garis halus), yang memungkinkan tinta menghasilkan warna yang cerah dan tinta yang halus serta cepat terproses. Selain itu, dekorasi mewah yang ditambahkan pada batu tinta ini menjadikannya kombinasi antara fungsi praktis dan nilai seni yang tinggi.
* Mata batu: Pola bulat seperti mata
🛒 Beli "Akama Inkstone" (Yahoo! Shopping)
Sumi (tinta)

Sumi(tinta) adalah jenis pigmen hitam yang digunakan dalam kaligrafi dan lukisan tinta. Ada dua jenis sumi yang terkenal, yaitu "yuen-boku" (sumi yang terbuat dari jelaga minyak) dan "shōen-boku" (sumi yang terbuat dari jelaga resin pinus). Sumi jenis yuen-boku dibuat dengan membakar minyak dari biji rapeseed, wijen, camellia, atau kayu paulownia, sementara shōen-boku dibuat dengan membakar resin pinus.
Jelaga tersebut kemudian dicampur dengan gelepung (nikawa) dan bahan aroma, lalu dicetak dengan cetakan kayu. Setelah itu, tinta akan dikeringkan selama beberapa bulan hingga beberapa tahun untuk menghasilkan sumi. Aroma dari bahan aroma digunakan untuk menghilangkan bau dari gelepung, namun seiring waktu, aroma halus yang menambah suasana saat digunakan menjadi lebih penting, dan bahan seperti "ryūnō" (camphor) mulai digunakan sebagai bahan aroma untuk sumi.
Nara Sumi
Nara sumi adalah tinta tradisional dengan sejarah lebih dari 1300 tahun yang diproduksi di Nara, Jepang. Pembuatan tinta ini dimulai pada tahun 806 ketika Kobo Daishi (Kukai), yang dikirim sebagai duta ke Tiongkok, membawa kembali metode pembuatan tinta. Ia memulai pembuatan tinta di Nitai-bo, Kofuku-ji, Nara.
Seiring berjalannya waktu, di Nitai-bo Kofuku-ji, jelaga dari lampu-lampu yang dipersembahkan untuk dewa dikumpulkan dan digunakan untuk membuat tinta minyak (yuen-boku). Karena kualitasnya yang sangat tinggi, tinta Nara dikenal sebagai "Nanto Yuen" (tinta minyak dari selatan), dan menjadi simbol dari tinta berkualitas tinggi. Saat ini, Nara sumi menguasai sekitar 90% dari pasar di Jepang.
Ciri khas dari Nara sumi adalah warna yang indah dan tekstur menulis yang halus, yang dihasilkan melalui banyak proses manual oleh pengrajin. Proses mencampur jelaga dan gelepung sangat penting dan harus dilakukan dengan hati-hati. Pada musim dingin, yang paling cocok untuk pembuatan tinta, pengrajin harus bekerja dengan telapak kaki dan tangan mereka, untuk memastikan kualitas tinta yang sempurna. Teknik tradisional ini menghasilkan Nara sumi yang sangat dihargai hingga saat ini karena kualitasnya yang luar biasa.
🛒 Beli "Nara Sumi" (Yahoo! Shopping)
Suzuka Sumi

Suzuka sumi, yang diproduksi di Suzuka, Prefektur Mie, bermula sekitar tahun 780 (awal periode Heian) ketika jelaga dari pembakaran pohon pinus yang tumbuh di Gunung Suzuka dikumpulkan untuk membuat tinta. Pada periode Edo, dengan kebutuhan tinta berkualitas tinggi untuk menulis lambang keluarga samurai dan berkembangnya sekolah-sekolah di kuil (terakoya), permintaan akan tinta ini meningkat, dan produksi pun berkembang pesat.
Suzuka sumi adalah salah satu dari dua wilayah penghasil tinta terbesar di Jepang, bersama dengan Nara. Karena tinta ini sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban, proses pembuatan tinta dilakukan dengan hati-hati oleh pengrajin pada musim dingin, antara Oktober dan April. Ciri khas Suzuoka sumi adalah tekstur halus dan berkilau serta warna yang indah. Terutama, keseimbangan antara pendarahan tinta dan garis yang dihasilkan sangat sempurna, memberikan kedalaman pada karya seni yang dibuat dengan tinta ini.
* Terakoya: Pada zaman Edo, anak-anak biasa diajarkan membaca, menulis, dan menghitung dengan sempoa.
🛒 Beli "Suzuka Ink" (Yahoo! Shopping)
[kkday]👉ID Kaligrafi & Perjalanan Zen: Temukan Nama Anda dalam Kanji
Sempoa (Soroban)

Soroban adalah alat hitung yang terdiri dari batang panjang dengan bola-bola yang dapat bergerak ke atas dan ke bawah pada setiap kolomnya untuk melakukan perhitungan. Alat ini pertama kali diperkenalkan di Jepang sekitar 500 tahun yang lalu, dan dua daerah penghasil soroban yang diakui sebagai kerajinan tradisional Jepang adalah Banshu soroban (dari Prefektur Hyogo) dan Unshu soroban (dari Prefektur Shimane).
Banshu Soroban
Banshu soroban, yang diproduksi di sekitar Kota Ono, serta Kota Kasai, Miki, dan Kakogawa di Prefektur Hyogo, memiliki sejarah yang dimulai pada zaman Azuchi-Momoyama, sekitar era Tensho. Setelah warga Banshu melarikan diri dari pasukan musuh, mereka belajar teknik pembuatan soroban di Otsu dan memulai produksi soroban begitu mereka kembali ke kampung halaman mereka.
Ciri khas dari Banshu soroban adalah bola berbentuk wajik yang sedikit membulat, yang terbuat dari kayu keras seperti kayu kava dan kayu boxwood. Keistimewaan dari soroban ini adalah pergerakan bola yang halus dan indah, berkat sumbu yang keras dan elastis. Soroban ini sangat bergantung pada bahan yang telah dikeringkan secara alami dalam jangka panjang, serta proses pembuatan bola, penyelesaian bola, pembuatan bambu, dan perakitan, yang semuanya dilakukan oleh pengrajin spesialis. Banyak dari lebih dari 200 tahapan proses dilakukan dengan tangan.
Meskipun permintaan sempat menurun dengan munculnya kalkulator, dalam beberapa tahun terakhir, soroban telah mendapatkan kembali nilai sebagai alat pembelajaran yang membantu meningkatkan kemampuan berhitung, serta sebagai karya seni tradisional yang berharga.
🛒 Beli "Banshu Soroban" (Yahoo! Shopping)
Unshu Soroban
Unshu soroban, yang lahir dan diproduksi di Nita Town, Prefektur Shimane (sekarang bagian dari Okuizumo Town), muncul pada akhir periode Edo. Para tukang kayu lokal mengembangkan teknik pembuatan soroban dengan merujuk pada soroban dari Hiroshima, menggunakan kayu kashi, ume, dan suda (sejenis bambu) sebagai bahan utama.
Kemudian, pengrajin dari Yokota Town (sekarang bagian dari Okuizumo Town) mengembangkan roda pemutar tangan untuk mengukir bola, yang menyebabkan lonjakan produksi. Karena kemampuan untuk memproduksi soroban berkualitas tinggi, kota Unshu dinkenal sebagai kota soroban.
Ciri khas dari Unshu soroban adalah pergerakan bola yang halus dan suara yang jernih. Bahan bakunya dipilih dengan hati-hati dari kayu berkualitas tinggi seperti kava, boxwood, dan kokutan, yang diproses setelah pengeringan alami. Pembuatan Unshu soroban melibatkan 187 tahapan, hampir semuanya dilakukan dengan tangan. Saat ini, Okuizumo Town masih memproduksi sekitar 70% dari total produksi domestik dan terus melestarikan tradisi sebagai pusat soroban terbesar di Jepang.
Comments