【Work & Life in Japan Vol. 12】Menjadi penerjemah untuk menjembatani Indonesia - Jepang

  • 26 Nop 2020
  • 12 Jan 2021
  • Monique Lu
  • Pauli

Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan terus berkembang menjadi pasar yang sangat besar. Konten Jepang seperti anime, manga Jepang dan J-POP semakin populer, dan tampaknya hubungan antara Indonesia dan Jeang semakin maju. Selain itu, melihat statistik penduduk Indonesia yang menetap di Jepang, yang dipublikasikan oleh Kementerian Luar Negeri Jepang, terlihat bahwa Indonesia berada di peringkat 10 besar negara dengan jumlah penduduk sekitar 60.000 orang.

Artikel ini memperkenalkan perjalanan karir staf bagian editorial FUN! JAPAN dari Indonesia yaitu Pauli, yang mana diantara staf asing lain memiliki periode menetap di Jepang paling lama.

Menyukai bahasa – Tertarik akan berbagai macam bahasa asing

Sejak menonton anime Jepang, Candy-Candy, di usia sekolah dasar, mulai tertarik akan hal yang berhubungan dengan Jepang, terutama dengan lafal dan lagu Bahasa Jepang. Dan juga saat SMA, tertarik akan Bahasa dan Budaya Cina, alasannya karena saat itu film dari Hongkong sangat popular di Indonesia dan Pauli sering menonton film Mandarin ini, terutama yang dibintangi Andy Lau.

Setelah lulus SMA sedikit bingung akan memilih jurusan di Universitas, antara Bahasa dan Sastra Cina di Universitas Indonesia (Jakarta) atau Bahasa dan Sastra Jepang di Universitas Padjadjaran (Bandung). Akhirnya memutuskan untuk memilih Sastra Jepang di Universitas Padjadjaran (UNPAD Kampus Jatinangor - Sumedang) karena secara lokasi lebih dekat dengan kampung halaman.

Kesulitan Menghafal Huruf Kanji. Bertemu dengan Teman Jepang Yang Banyak Membantu

Orang Indonesia tidak familiar dengan huruf Kanji karena menggunakan huruf Alphabet. Di tingkat pertama Pauli mulai belajar huruf Jepang mulai dari awal, yaitu a i u e o 「あいうえお」, dan di tingkat kedua saat mulai belajar Kanji, Pauli mulai merasa kesulitan dalam menghafalnya, terutama juga karena gurunya yang asli orang Jepang relatif cepat dalam mengajarkan Kanji, sering merasa kewalahan dalam menyesuaikan kecepatan perkuliahan, hingga sempat terpikir ingin drop out saja dari Sastra Jepang ini. Dan pada saat itu dosen di kampus memperkenalkan seorang kepada tenaga ahli  Jepang yang sedang bekerja di Indonesia dan berkat beliau banyak mengajarkan Bahasa Jepang, Pauli dapat melanjutkan perkuliahannya hingga lulus.

Pengalaman studi di Shizuoka selama setahun, setiap pagi menyapa gunung Fuji

(IFoto hanyalah illustrasi)

Setelah lulus kuliah, Pauli memutuskan untuk memperdalam Bahasa Jepang dengan belajar di sekolah Bahasa Jepang di Shizuoka selama 1 tahun. Awalnya bekal untuk belajar dibiayai orang tua akan tetapi untuk biaya hidup satu tahun di Jepang ini, Pauli juga memenuhinya dengan bekerja sambilan (part time) di family restaurant sebagai koki dan pabrik kosmetik Jepang. Saat itu di kota tempat Pauli tinggal ada seorang ibu Jepang yang baik hati yang memberikan perhatian pada mahasiswa dari Indonesia, yang kadang-kadang mengundang makan malam bahkan diajak pergi piknik ke penginapan onsen, dll. Belakangan diketahui bahwa Ibu ini mempunyai bisnis di Indonesia sehingga beliau merasa senang dan dekat ketika bertemu dengan orang Indonesia.

Oiya! Shizuoka identik dengan gunung Fuji. Saat belajar Bahasa Jepang di Shizuoka itu, setiap pagi saat Pauli membuka jendela, selalu memberikan salam pada gunung Fuji: “Fuji-san, Ohayo!”, karena dari jendela, gunung Fuji tampak terlihat di depan mata dengan jelas, gunung Fuji yang gagah di musim panas dengan kehijauan dan cantik di musim dingin dengan taburan salju putih di puncak gunungnya. Benar-benar pengalaman satu tahun indah yang tak terlupakan!

Perjalanan menjadi seorang penerjemah, dengan menjaga keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan

Setelah menyelesaikan studi selama satu tahun di Jepang, Pauli kembali ke Indonesia, akan tetapi setelah itu kembali lagi Jepang dengen ke Jepang dengan visa nikah. Setelah mengajukan status tinggal tinggal permanen, saat ini ia tinggal di Jepang sebagai penduduk tetap (permanent resident). Pada dasarnya Pauli menyukai lingustik, karena menguasai Bahasa Jepang, ia berminat menjadi jembatan komunikasi dengan Indonesia maka setelah mencari informasi di internet tentang pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah karena prinsipnya menjaga keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan, makai a menemukan kata kunci “terjemahan”. Saat itu lah ia memutuskan untuk menjadi seorang penerjemah. Tahun 2020 ini adalah tahun ke-19 tahun sejak Pauli datang ke Jepang. Pengalaman kerja yang ia dapatkan bermacam-macam, dari lingkungan kerja yang 100% Jepang dimana ia hanya seorang diri sebagai orang asing, juga perusahaan asing, di mana staf nya terdapat banyak orang asing. 

Faktor penting saat bekerja adalah menyukai lingkungan pekerjaan! Menemukan hobi dari pekerjaan

Saat bekerja di sebuah situs ulasan perjalanan online terkemuka di dunia ia bekerja sebagai penerjemah, di mana terdapat banyak staf asing, ia mendapat pengalaman berharga dan menyenangkan karena dapat berinteraksi dengan orang asing dari berbagai negara, dan budaya perusahaannya baik, dan hubungan hierarkinya tidak ketat. Selanjutnya ia pernah juga bekerja di perusahaan traveling, dan sekarang ini menjadi salah seorang staf di FUN! JAPAN.

Bekerja di FUN! JAPAN sangat menyenangkan, tidak hanya staf Jepang akan tetapi staf asing lainnya pun semua pada baik. Lingkungan kerjanya pun menyenangkan. Yang paling menarik dari kantor ini adalah sistem “free-desk”. Setiap hari staf bisa bebas memilih tempat duduk untuk bekerja, atau pada saat jenuh tidak mendapatkan inspirasi, dapat pindah ke meja lain, mungkin sistem ini masih langka di perusahaan Jepang.

Dan juga, yang mana awalnya Pauli kurang menyukai traveling karena melelahkan tidak mau repot dengan barang bawaan dsb, setelah bekerja di FUN! JAPAN dan bergelut dengan terjemahan tentang traveling di seluruh Jepang, sekarang ia mempunyai minat dan menyukai traveling berkat FUN! JAPAN!

Impian orang Indonesia akan Jepang

Pada tahun 1970-an, produk Jepang tersebar luas di Indonesia. Reputasi kualitas produk yang bagus dan penggunaan yang awet, telah menumbuhkan rasa kepercayaan pada Jepang melalui produknya. Orang Indonesia yang lahir setelah 1980-an mengenal Jepang melalui animasi. Sementara bidang manufaktur dan teknologi perusahaan Jepang terus berkembang, tidak sedikit kaum muda di Indonesia saat ini memiliki impian ingin bekerja di Jepang dengan memperoleh keterampilan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang di Jepang. 

Masukan buat yang ingin bekerja di Jepang

Berbeda dengan Indonesia, banyak orang Jepang yang kurang menguasai bahasa Inggris. Oleh karena itu, disarankan mempelajari percakapan dasar bahasa Jepang sebelum datang ke Jepang. Sesuai dengan peribahasa Jepang: 「郷に入っては郷に従え/ Go ni haitte wa go ni shitagae」yang mengandung makna ikuti aturan setempat jika memasuki tempat itu". Pauli yang seorang seorang muslim mempunyai filosofi "hidup bersama dengan toleransi  dan memahami akan perbedaan budaya meskipun berada di negara asing," dengan tidak meninggalkan jadi diri tetapi menjadi diri apa adanya, tetapi menjaga hubungan baik dengan lingkungan sekitar. Dengan cara berpikir seperti ini, akan lebih mudah menyesuaikan diri untuk hidup tidak hanya di Jepang tapi tempat dimanapun.

Pahami dan mengertilah bahwa Jepang atau negara manapun tidak akan sama dengan negara sendiri, dengan demikian tidak akan memandang orang lain dari segi negatif. Bukan juga berarti bahwa harus menerima semua perbedaan itu akan tetapi mempunyai pemikiran “Dunia ini terdapat berbagai macam orang, dan tidak selalu homogen." Dengan memiliki pemikiran yang luas dan fleksibel, In Sha Allah kamu tidak akan kesulitan mendapatkan culture shock dan mudah diterima di lingkungan manapun.

Artikel Terkait

Daftar Isi

Survey[Survei] Liburan ke Jepang







Recommend