Restoran Ikan Saba (Makarel) di Fukuoka

Ikan Saba

Belum lama ini, kami baru saja mengulas seluk beluk unagi Yanagawa. Dalam artikel kali ini, kami akan mengenalkan jenis ikan lain yang bisa kamu nikmati di Fukuoka, tentunya dengan harga yang lebih terjangkau. Kita mulai dengan saba (鯖), atau makarel.

Ikan Saba atau Makarel adalah salah satu ikan yang paling populer di Jepang, dan sebagian besar dikelompokkan ke dalam ma saba (bagian perutnya putih keperakan serta berbecak hitam dibagian punggungnya) dan goma saba (berbercak hitam dikedua bagian perut maupun punggungnya). Kelezatan ikan ini, tidak hanya berkat lemak dan minyak yang tersimpan di antara kulit dan badannya, tapi juga bisa dikatakan menyehatkan karena limpahan asam non-lemaknya (seperti DHA dan EPA).

Meskipun memiliki rasa yang lezat, kesegaran ikan ini sangat cepat menghilang (menurun) setelah dipancing (disebabkan akibat reaksi kimia dengan histidin di dalamnya). Menariknya, ada pepatah tertentu dalam bahasa Jepang yang mengistilahkan betapa cepatnya ikan itu busuk dengan "saba segar berbau busuk" (鯖 の 生 き 腐 れ) yang berarti walaupun ikan masih terlihat segar, tetapi sebenarnya sudah mulai busuk.

Itulah mengapa pergi ke restoran yang tepat sangat penting, karena mereka paling mengetahui sumber utama untuk mendapatkan Saba segar. Selain itu, mereka akan menyajikan Saba terbaik dengan menginformasikan terlebih dahulu waktu terbaik menikmati Saba yang segar. Sedangkan "musim", atau shun (旬), dari saba biasanya di musim gugur, saat ikan melakukan perjalanan berkeliling di sekitar Samudra Pasifik, karena mereka akan menyimpan banyak lemak (sampai 30% rasio lemak tubuh) untuk persiapan berkembang biak (bertelur), sedangkan di Kyushu sendiri, musim terbaiknya adalah musim dingin (itulah sebabnya mengapa Saba disini disebut "cold saba").

Setelah mengenal Saba, dalam artikel kali ini kami akan memperkenalkan dua ahli saba yang cukup dikenal di kalangan wisatawan di Fukuoka yang telah dikunjungi oleh tim kami. Meskipun kedua ahli ini tinggal di distrik gourmet terkenal di kawasan Tenjin / Nakasu, namun gaya mereka berdua sangatlah berbeda.

1. Makoto

Restoran pertama adalah restoran kecil terletak di sebuah gang yang disebut Suikyotenmangu Yokocho (水鏡 天 満 宮 横 丁). Nama Suikyotenmangu diambil dari nama sebuah kuil kecil bersejarah yang berada di pusat kota dan dikenal sebagai tempat kelahiran Tenjin.

Lokasi di dalam gang

Bukan suatu hal berlebihan ketika mengatakan bahwa pengalaman kami dimulai bahkan sebelum kami masuk – oh tidak, bahkan sebelum kami menemukan restoran ini. Meskipun butuh beberapa waktu bagi kami untuk menemukan gang tersebut, kami langsung tahu bahwa restoran ini memang patut untuk dikunjungi. Selain kuil kecil, gang sempit itu juga bertetangga dengan Museum Kebudayaan Fukuoka Red Brick, sebuah ikon bangunan bersejarah. Yang paling penting bagi kami, gang itu memiliki selusin restoran kecil, membuat jalan kecil tersebut memiliki aura gourmet yang kental.

Gang tersebut terletak di timur laut Tenjin dan sebelah tenggara Nakasu, jadi terserah kamu mau berangkat dari stasiun mana untuk menuju ke sana. (Meskipun begitu kami lebih menyukai berangkat dari Nakasu, karena kamu akan menyeberangi sungai dan melihat bangunan red brick sebelum memasuki gang.)

Restoran dan Makanan

Restoran ini disebut makoto atau "nyata" dalam bahasa Jepang, yang kenyataannya berbanding terbalik karena tampak depan restoran yang tidak mencolok. Hanya ada dua kotak cahaya sederhana yang menunjukkan keberadaan restoran dan bahkan restoran ini tidak memiliki papan nama (lihat alasannya nanti!).

20170822-15-1-saba


Kotak lampu yang tidak mencolok di luar restoran.

Restoran ini menyajikan dua menu yaitu "Set Menu" dan "Seasonal Menu", seperti halnya restoran Jepang lainnya. Tidak hanya Saba, restoran ini juga menjual makanan season sesuai musimnya, dan tentu saja okazu umum (atau makanan pelengkap) yang cocok dikonsumsi dengan minuman beralkohol.

Kami memesan dua makanan: Set menu Saba panggang (saba no ichimai yaki teishoku 鯖 の 一枚 焼 き 定 食), ochazuke (semangkuk nasi ditaburi ikan yang direndam dalam teh hijau dan dimakan dalam keadaan panas), dan juga Saba sashimi kecil yang ditaburi dengan wijen (goma saba 胡麻 鯖).

Karena kami pergi di bulan Mei, seperti yang telah kami sampaikan diatas, saat itu bukanlah musim terbaik Saba. Namun, justru karena itulah kami terkejut, ketika merasakan betapa lezatnya makanan ini. Kami sangat terkesan dengan saba panggangnya yang masih berdesis panas ketika sampai dimeja! Ikan ini terasa seperti meleleh di mulutmu. Benar-benar merupakan Saba paling lezat (bukan "satu dari" lho) yang pernah kami coba.

20170822-15-2-saba

Tiga hidangan yang kami pesan berikut minuman menghabiskan sekitar 3.000 yen untuk dua orang, cukup terjangkau dalam standar Fukuoka.

Informasi Tambahan

Gunakan Google Map untuk mengetahui kapan sebaiknya pergi ke sana. Seperti yang bisa kamu lihat dari grafik, jam makan siang di hari kerja biasanya bukan waktu yang bagus, namun meskipun pada malam hari kerja biasanya lebih baik tapi jangan coba-coba untuk kesana di hari Jumat malam karena restoran ini sangat populer sehingga bisa dipastikan selalu ramai. Selain itu, hati-hati jangan sampai datang terlambat.Penulis pernah datang ke sana sekitar jam 9 malam namun restoran tersebut sudah tutup --- pegawai restoran menjelaskan bahwa mereka telah tutup karena semua ikan hari itu telah terjual habis!

  • Jam operasional :11:00~14:00, 17:00~23:00 (Tutup setiap Hari Minggu)
  • Alamat: 1-15-3 Tenjin, Chuo-ku, Fukuoka-shi
  • Akses: 1 min from Tenjin Station

Peta

2. Sabaro

Restoran kedua adalah Sabaro yang mengusung konsep sama sekali berbeda dari Makoto. Beralih dari restoran Izakaya kecil tapi nyaman disebuah gang, Sabaro merupakan restoran yang lebih “berkelas” dan terletak di lantai 5 dari salah satu gedung restoran di daerah Nakasu, yang jauh lebih cocok jika kamu datang bergerombol (lebih dari 2 orang, maksud kami).

Restoran tersebut menyatakan bahwa mereka mengolah Saba dengan seratus cara, meskipun kami hanya memesan "assorted" set yang menyajikan setengah ekor Saba (hanmi 半身) untuk mengetahui rasanya.

The Otoshi

Sebelum pesananmu datang, kamu akan mendapat sajian otoshi お 通 し, yaitu hors d'oeuvre dalam bahasa Jepang, yang terbuat dari kombu 昆布, keong (ツ ブ) dan lainya. Meskipun cukup lezat, namun otoshi ini tidak gratis, melainkan dikenakan biaya sekitar 1.000 yer per orang (cukup terasa mahal jika dibandingkan porsinya).

Namun begitu, tidak ada cara untuk menghindarinya, seperti yang tertulis dalam menu (dalam bahasa Jepang).

Hidangan Utama,The Saba Hanmi

Hidangan utama, saba hanmi, datang. Ikan tersebut dibuat dalam empat jenis dan disajikan dalam mangkuk raksasa, yang membuat kami tidak sabar untuk segera menyantapnya.

Pertama kali yang kami coba adalah sashimi, yaitu saba mentah. Kami harus mengakui, ikan Saba segar yang cukup banyak mengandung lemak, tidak begitu memiliki rasa yang kuat. Sehingga, menjadi jauh lebih baik disaat kami bereksperimen dengan lemon, wasabi, saus kecap jahe dan lain-lain yang disajikan dalam set menu ini.

Variasi Kedua adalah Saus Wijen

Variasi kedua adalah saus goma (wijen) yang telah diperkenalkan sebelumnya di atas. Berbeda dengan saus kecap biasa, saus wijen sudah memiliki kekentalan dan tekstur tersendiri. Disajikan dengan daikon oroshi (parutan lobak jepang), saus ini menambah kesegaran terlihat dari teksturnya yang renyah, sehingga saba ini terasa sangat berbeda dari sashimi yang pertama.

Ketiga adalah cara memanggang ikan saba

Sebagai perbandingan, kami sangat menyukai hidangan yang ketiga, saba yang dipanggang sebentar. Pemanggangan sebentar ini membuat lemaknya benar-benar meleleh ke permukaan, yang akan membuatmu puas seketika berkat teksturnya yang kaya bahkan sebelum kamu menggigit daging ikannya.

Hidangan keempat tidak ada di dalam mangkuk

Saat kamu selesai memakan saba, pramusaji akan datang untuk mengambil tulang-tulang ikan dan lainnya, kemudian menggorengnya dalam 30 menit.Sayang sekali kami harus mengatakan bahwa biar bagaimanapun juga hidangan keempat ini mengecewakan dan cukup fatal karena membuat keseluruhan makanan menjadi kehilangan daya tariknya. Setelah 30 menit digoreng dalam minyak panas, meski tulangnya sudah bisa dimakan, hanya rasa minyak yang tersisa menggantikan rasa ikan tersebut. Hal ini, terus terang, bahkan lebih buruk daripada kentang goreng biasa yang dijual di restoran cepat saji.

Namun, mengingat ada seratus cara untuk membuat saba, kami rasa tidak adil untuk melewatkan restoran ini hanya karena satu hidangan yang kurang pas! Restoran ini cukup mendapat nilai tinggi di kalangan orang Jepang, sehingga kami tetap merekomendasikan kamu untuk mencicipinya, meskipun harganya lebih mahal jika dibandingkan Makoto.

Informasi Tambahan

Restoran ini kurang lebih hanya berjarak satu jembatan jauhnya dari Makoto. Kami sarankan kamu untuk pergi ke sana dari Nakasu.

  • Jam operasional: 11:30~15:30, 17:00~01:00 (Tutup setiap Hari Minggu)
  • Alamat: 5-5-9 Nakasu, Hakata-ku, Fukuoka-shi
  • Akses: 1 min from Nakasukawabata Station

Peta

Daftar Isi

Survey[Survei] Liburan ke Jepang







Recommend