Etika menyantap masakan nabe Jepang (鍋料理)

“Masakan Nabe” adalah hidangan steamboat Jepang yang dimasak dalam suatu wadah panci dan berisi sayur-sayuran, daging, ikan dll. Masakan ini merupakan hidangan favorit rumahan terutama ketika musim dingin tiba. Contoh dari masakan Nabe adalah sukiyaki, shabu shabu, motsu nabe. Dalam artikel kali ini, kami akan mengenalkan cara menikmati masakan Nabe dengan lezat berikut etika yang wajib diketahui dan ternyata sejarahnya cukup panjang.

Cara membuat masakan Nabe dan bagaimana etika ketika menyantapnya

Masukkan ikan maupun daging terlebih dahulu agar kaldunya lebih terasa. Setelah itu, masukkan sayur-sayuran yang membutuhkan waktu lebih lama untuk direbus seperti lobak dan wortel, kemudian baru masukkan bahan lain yang tidak mudah hancur seperti tahu dan jamur shiitake. Setelah bahan-bahan makan, maka masakan Nabe ini sudah siap untuk disantap.

Tergantung jenis Nabenya, saus untuk mencocol masakan ini berbeda-beda. Misalnya untuk Yosenabe, saus ponzu yang terbuat dari campuran buah citrus, vinegar, kecap asin dsb cocok untuk melengkapi masakan ini, sedangkan untuk nabe yang menggunakan daging babi, baiknya dicocol dengan saus wijen.

Kemudian, setelah seluruh bahan yang telah direbus habis dimakan, kita bisa memasukkan nasi dan membuat zosui (semacam bubur), udon maupun ramen.

Etika ketika menyantap masakan Nabe yang mungkin mengejutkanmu! Gunakanlah sumpit khusus yang digunakan bersama!

Aturan main pertama adalah menentukan tempat duduk yang terdekat dengan steamboat, dimana orang yang duduknya paling dekat dengan steamboat biasanya diharapkan membantu memasukkan bahan-bahan masakan, sambil mengawasi tingkat kematangannya. Pastikan posisi tempat duduk ini diisi dengan orang yang tepat.

Kemudian, untuk acara yang lebih santai bersama teman maupun keluarga, tidak perlu merisaukan bagaimana membagi-bagi masakan yang telah matang, namun bila kamu makan bersama rekan kerja terutama atasan, rekan yang lebih senior, maupun menjamu relasi, ada aturan main kedua yaitu proses pengambilan dan pembagian masakan yang telah matang. Pada saat itulah, sumpit yang digunakan untuk mengambil makanan dari panci tidak boleh menggunakan sumpit yang telah kalian gunakan, melainkan gunakanlah sumpit yang berbeda. Kadangkala orang Jepang menggunakan kebiasaan membalik sumpit yang telah digunakan, sebenarnya hal ini bukanlah etika yang baik. Oleh sebab itu, hindari untuk membalik sumpitmu ketika mengambilkan makanan bagi sekeliling.

Percaya atau tidak, masakan Nabe ini telah dikonsumsi bahkan sebelum masehi. Menarik bukan?

Awal mula masakan nabe dimulai sejak abad 131 SM sampai abad 4 SM. Pada masa itu, masyarakat memasak bahan-bahan dalam suatu wadah panci ekstra besar namun setelah matang tidak dimakan bersama-sama melainkan dimakan di wadah terpisah. Baru setelah itu, di akhir zaman Edo (sekitar abad 18), mulai dikenal wadah panci kecil berikut tungku yang dapat disantap untuk 1-2 orang atau sering disebut juga “konabedate”. 

Berkat trend beef steamboat di zaman Meiji, masakan Nabe semakin mengakar kuat di kalangan penduduk

Di zaman Meiji, dengan semakin terbukanya akses peradaban, larangan memakan daging telah dicabut dan bersamaan dengan anjuran Kaisar Jepang untuk mengkonsumsi daging, masyarakat yang belum pernah makan daging sapi seketika langsung menyukai “Sukiyaki”. Ditambah lagi berkat populernya wadah panci kecil dan kompor, budaya masakan Nabe yang dimakan bersama-sama seperti sekarang ini, semakin menyebar di seluruh masyarakat.

Belakangan ini, mulai muncul masakan nabe ala barat seperti Tomato Nabe, Stew Nabe dan telah menjadi salah satu masakan rumahan yang cukup digemari. Bagaimana dengan masakan nabe di negaramu? Berikan komentarmu disini ya!

Daftar Isi

Survey[Survei] Liburan ke Jepang







Recommend