Kebiasaan Unik di Jepang: Shūkatsu, berburu pekerjaan bagi mahasiswa tingkat akhir

Konnichiwa, Saya Shimizu, staff (orang Jepang) FUN! JAPAN. Saya yang bekerja di FUN! JAPAN, dengan mempunyai rekan kerja dari berbagai macam warga negara, akhir-akhir ini ada hal yang menggelitik pikiran saya. Hal itu adalah…

  • Bagi saya, di Jepang terdapat satu kebiasaan unik yang sebenarnya telah ada sejak dahulu, mungkin bagi orang asing itu adalah kebiasaan yang sedikit aneh.

Artikel kali ini adalah membahas tentang Shūkatsu (就活), salah satu kebiasaan unik yang terdapat di Jepang. Shūkatsu dalam definisi singkat adalah kegiatan mahasiswa tingkat akhir yang akan lulus, berburu atau mencari pekerjaan. Dan bagi mahasiswa di Jepang, kegiatan ini adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan menjadi seorang mahasiswa.

Oleh karena itu, artikel ini membahas situasi sebenarnya dari Shūkatsu atau berburu pekerjaan ini, yang dilakukan oleh mahasiswa Jepang tingkat akhir hingga “mempertaruhkan nyawa mereka”. Setelah membaca artikel ini, silakan memberikan komentar, kesan di kolom komentar!

Munculnya “Anak Muda dengan Jas Hitam” pada Musim Semi

Di Jepang, setiap tahun antara bulan Maret hingga musim panas, mungkin kamu akan banyak melihat anak muda seperti gambar di atas, yang mengenakan pakaian formal jas hitam, di stasiun-stasiun kereta atau di kawasan perkantoran.

Mereka adalah para mahasiswa yang sedang “Shūkatsu” atau berburu pekerjaan. Shūkatsu merupakan singkatan dari “Shūshoku Katsudō / 就職活動”, adalah kegiatan para mahasiswa yang akan lulus dari universitas, mencari pekerjaan dengan melamar ke perusahaan dan melakukan wawancara kerja untuk mencari pekerjaan setelah lulus kuliah.

Mahasiswa yang sedang berburu pekerjaan tersebut sebagian besar mengenakan setelan hitam formal seperti gambar ketika mereka pergi ke wawancara kerja. Ini adalah setelan yang dibuat untuk mahasiswa yang sedang berburu pekerjaan dan disebut "setelan jas rekrutmen (recruit suit). Selama periode Shūkatsu ini, mereka yang biasanya mewarnai rambut mereka dengan warna cokelat biasanya mewarnainya dengan warna hitam.

Sebenarnya perusahaan tidak mengaruskan mahasiswa pelamar kerja datang ke wawancara kerja dengan penampilan seperti itu.
Namun demikian, ada beberapa alasan mengapa saat “Shūkatsu” ini sebagian besar mahasiswa mengenakan “setelan jas rekrutmen” yang sama, mewarnai rambut mereka menjadi hitam:

  • Di depan pewawancara agar memberikan kesan “serius” dan “apik atau bersih”.
  • Kebiasaan ini yang telah berlangsung selama lebih dari 20 tahun, sehingga konsep berburu pekerjaan = setelan jas rekrutmen dan rambut hitam, telah menjadi hal biasa.
  • Jika mengenakan berpakaian berbeda, manajer perekrutan mungkin berpikir bahwa kamu "tidak dapat bekerja sama".

Orang asing akan terkejut saat mengetahui ini ! ?? Tata krama “Shūkatsu” orang Jepang

Selain setelan jas rekrutmen, ada banyak ciri khas lain dari "Shūkatsu" ini. Sebelum itu, pertama-tama kami akan memperkenalkan proses berburu pekerjaan.

Di Jepang, terdapat system unik dalam hal perekrutan karyawan baru yang dikenal dengan “Rekrutmen lulusan baru secara berkala / 新卒一括採用 (shinsotsu, ikkatsu, saiyou)”. Dalam sistem ini, pada waktu tertentu setiap tahun, perusahaan merekrut mahasiswa calon lulusan universitas, dan mahasiswa menghadiri wawancara saat kuliah untuk menerima tawaran pekerjaan saat masih kuliah di tingkat akhir. Mahasiswa yang mencari pekerjaan adalah orang-orang yang melamar pekerjaan.

Umumnya, periode berburu pekerjaan dimulai pada bulan Maret yang dilakukan oleh mahasiswa tingkat 3 (Sebagai informasi, semester baru atau naik angkatan di universitas di Jepang adalah setiap bulan April). Alasannya karena banyak perusahaan mulai merekrut pada bulan Maret, dan setelah melalui proses rekrutmen termasuk wawancara dan tes kemampuan, perusahaan akan memutuskan perekrutannya antara Juni hingga musim gugur. Kemudian, mereka yang lulus dari universitas pada bulan Maret tahun berikutnya, dapat mulai bekerja di sebuah perusahaan di bulan April. Dengan kata lain, perburuan pekerjaan dimulai lebih dari setahun sebelum benar-benar mulai bekerja.

Tantangan pertama dalam berburu pekerjaan: Entry Sheet

Perburuan pekerjaan dimulai dengan mengirimkan "Entry Sheet" ke perusahaan. Entry sheet digunakan untuk mengisi informasi tentang profil dan kelebihan diri, dll. Manajer perekrutan di perusahaan melihat entry sheet ini dan memilih mahasiswa yang ingin mereka wawancarai.

Karena tidak akan selalu mendapat pekerjaan di perusahaan yang diinginkan, ada kasus mahasiswa menyerahkan entry sheet ke puluhan bahkan ratusan perusahaan. 

Mahasiswa sangat mementingkan foto wajah yang dilampirkan pada entry sheet, dan banyak yang menghabiskan biaya sekitar 10.000yen untuk meminta fotografer profesional untuk mendapatkan foto profil yang bagus. Riasan mahasiswi yang sedang berburu pekerjaan disebut "Make-up berburu pekerjaan / 就活メイク(Shūkatsu meiku)". Make-up berburu pekerjaan bertujuan untuk memberikan kesan "Cerdas" dan "Apik / bersih" kepada para perekrut.

Aturan Wawancara Yang Terlalu Detail : Mengetuk pintu sebanyak 3 kali, dll

Jika lulus dari saringan Entry Sheet, berikutnya adalah proses wawancara. Pada perusahaan besar, ada beberapa kali proses wawancara, dari wawancara 1, wawancara 2, wawancara 3, wawancara final, dll.

Pada saat proses wawancara, di samping setelan jas rekrutmen, ada kebiasaan unik yang pastinya membuatmu terkejut. Misalnya….

  • Mahasiswa yang melamar, saat akan memasuki ruang wawancara, mengetuk pintu sebanyak 3 kali. Baru setelah ada jawaban dari dalam ruangan, “Iya, silakan masuk”, pelamar baru boleh membuka pintu dan memasuki ruangan.
  • Selama proses wawancara, jajarkan kedua tangan di pangkuan.
  • Setelah wawancara selesai, membungkuklah kepada pewawancara di depan pintu dan mengatakan "失礼します (Shitsurei shimasu) / Permisi", sebelum meninggalkan ruangan.
  • Setelah wawancara selesai, ada beberapa mahasiswa mengirim email dan surat kepada perusahaan untuk mengucapkan terima kasih atas wawancara tersebut

Pewawancara tidak mengharuskan mahasiswa pelamar untuk memiliki etiket ini. Namun, dengan berperilaku sesopan mungkin akan memberikan kesan yang lebih baik kepada pewawancara.

Berikutnya, saat wawancara, ada pertanyaan yang selalu ditanyakan pewawancara kepada mahasiswa. Pertanyaan tersebut adalah "Apa yang paling diupayakan saat masa perkuliahan?" Untuk menjawab pertanyaan ini dengan sempurna, bahkan sebelum berburu pekerjaan dimulai, mahasiswa berupaya keras untuk menciptakan sesuatu yang bisa menjadikan jawaban atas pertanyaan tersebut, seperti melakukan kegiatan olahraga, pekerjaan paruh waktu, dan kegiatan volunteer, dll.

Selain wawancara, hasil ujian kompetensi juga akan mempengaruhi diterima atau tidaknya seorang calon karyawan.

Apa yang Dimaksud Dengan "Email Doa" ketika ditolak wawancara?

Jika perusahaan tidak akan mempekerjakan mahasiswa calon karyawan, mereka akan mengirim email dengan memberi tahu mereka bahwa mereka tidak akan dipekerjakan. Mahasiswa menyebut email tersebut sebagai "Email Doa".

Alasannya karena isi email yang memberi tahumu tentang penolakan, di akhir email ditulis "Kami berharap yang terbaik untuk masa depan Anda". Daripada mengatakan "Saya ditolak", banyak mahasiswa yang mengatakan "Saya menerima Email Doa" atau "Saya didoakan".

Alasan mengapa orang Jepang menggunakan energi yang sangat besar untuk mencari pekerjaan

Proses mencari pekerjaan sangatlah melelahkan. Dari mengisi entry sheet, wawancara, tes kemampuan yang pastinya membutuhkan waktu, tenaga dan uang, nangis bahagia jika mendapatkan pekerjaan, nangis sedih jika ditolak.

Mengapa orang Jepang mencurahkan begitu banyak energi untuk berburu pekerjaan? Berikut ini keadaan Jepang yang relevan dengannya.

  • Ada kepercayaan yang telah mengakar bahwa "penempatan kerja diputuskan saat kuliah," dan ada ketakutan jika tidak dapat menemukan pekerjaan.
  • Di Jepang, gagasan "pekerjaan seumur hidup" (terus bekerja di satu perusahaan hingga masa pensiun) masih mengakar kuat, dan orang-orang berpikir bahwa jika mereka bekerja keras dalam mencari pekerjaan dan masuk ke perusahaan besar atau terkenal, mereka akan memiliki kehidupan yang stabil selama sisa hidup mereka.

Namun, baru-baru ini, semakin banyak orang yang mempertanyakan cara berburu pekerjaan ini, dan alih-alih merekrut pada waktu yang ditentukan, beberapa perusahaan mengizinkan mahasiswa untuk melamar kapan saja mereka suka. Selain itu, ada kecenderungan semakin sedikit anak muda yang ingin bekerja di satu perusahaan yang sama selama sisa hidup mereka.

Selain itu, dengan tumbuhnya kesadaran untuk menghormati keragaman, semakin banyak mahasiswa dan perusahaan yang menentang gaya berburu pekerjaan yang seragam dengan setelan jas dan rambut hitam.

Apa perusahaan nomor satu yang diimpikan mahasiswa Jepang untuk bekerja?

Menurut survei yang dilakukan oleh Gakujyo / 学情, media yang menyediakan informasi tentang mencari pekerjaan, ITOCHU Corporation / 伊藤忠商事 adalah perusahaan paling populer diantara mahasiswa laki-laki yang lulus dari universitas (termasuk sekolah pascasarjana) pada Maret 2023, dan “Shueisha” / 集英社adalah yang paling populer untuk mahasiswa perempuan.

ITOCHU Corporation adalah salah satu perusahaan perdagangan besar di Jepang, terkenal dengan pendapatan tahunan rata-rata karyawannya lebih dari 10 juta yen. Shueisha adalah salah satu perusahaan penerbitan besar Jepang, menerbitkan majalah mode "non-no" dan manga "Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba /鬼滅の刃".

Jadi, bagaimana perasaanmu tentang "Shūkatsu / berburu pekerjaan" yang sedikit berbeda di Jepang? Jika berkenan, beri tahu kami tentang situasi berburu pekerjaan di tempatmu, dengan menulis di kolom komentar.

Daftar Isi

Survey[Survei] Liburan ke Jepang







Recommend